Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sekolah Sang Penjaga Bahasa Daerah

29 Oktober 2024   13:14 Diperbarui: 31 Oktober 2024   13:27 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: kompas.id

Sekolah juga dapat mempertimbangkan untuk membuka ekstrakurikuler khusus untuk bahasa daerah, di mana siswa dapat belajar lebih dalam tentang budaya dan bahasa mereka. 

Tentu saja, persiapan yang matang sangat diperlukan, termasuk ketersediaan guru yang kompeten dalam mengajar bahasa daerah dan rencana tindak lanjut dari kegiatan ekstrakurikuler ini untuk memastikan keberlanjutannya.

Pada akhirnya, sekolah seharusnya tidak kehabisan akal dalam melestarikan bahasa daerah. Dengan merancang dan melaksanakan program-program yang inovatif dan menarik, sekolah tidak hanya berperan sebagai tempat belajar, tetapi juga sebagai agen perubahan yang aktif dalam menjaga warisan budaya bangsa. 

Dengan langkah-langkah konkret ini, diharapkan bahasa daerah dapat terus hidup dan berkembang di tengah arus globalisasi yang semakin deras.

Wasana Kata

Karena tidak terbiasa, akhirnya timbul rasa malu. Karena malu, timbul rasa enggan untuk bertutur. Dan karena tidak bertutur, akhirnya bahasa itu punah. Begitulah kira-kira proses punahnya bahasa daerah yang kita saksikan saat ini. 

Sebagai masyarakat, kita perlu menyadari bahwa pelestarian bahasa daerah bukan hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi juga proyek bersama yang seharusnya mendapat perhatian serius dari pemerintahan Prabowo-Gibran. 

Ini perlu menjadi program berkelanjutan yang diperhatikan setiap kali terjadi pergantian kepemimpinan. Sebab, bahasa adalah identitas budaya kita yang mengandung berbagai norma moral dan kearifan lokal yang berharga.

Sebagai contoh, dalam bahasa Jawa terdapat kata ganti njenengan, sampeyan, dan kowe, yang semuanya berarti "kamu" dalam bahasa Indonesia. 

Namun, masing-masing kata tersebut memiliki tingkatan penghormatan yang berbeda. Njenengan digunakan untuk orang yang sangat dihormati, sampeyan untuk seseorang yang setara dan patut dihormati, dan kowe untuk orang yang akrab atau lebih muda. 

Penggunaan bahasa daerah seperti ini bukan hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga sarana untuk menunjukkan rasa hormat, menjaga hubungan, dan memelihara harmonisasi dalam kehidupan sosial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun