Misalnya, satu hari dalam seminggu, seperti hari Jumat, dapat didedikasikan khusus untuk mengenalkan dan mempraktikkan bahasa daerah, sembari mengenakan busana khas daerah.Â
Tidak perlu acara yang terlalu formal atau rumit, cukup dengan menggunakan atribut sederhana yang mencerminkan kekayaan budaya masing-masing daerah.Â
Misalnya, siswa bisa mengenakan blangkon, tanjak, tapis, atau aksesori adat lainnya yang nyaman dipakai.
Sekolah, sebagai lembaga pendidikan yang bertujuan mendidik generasi muda, memiliki peran krusial dalam inisiatif ini. Dalam konteks dunia kerja, seperti di kantor-kantor non-pemerintah, penggunaan bahasa daerah dalam percakapan sehari-hari sangat jarang terjadi.Â
Hal ini menjadikan sekolah sebagai tempat yang ideal untuk mendorong generasi muda agar terbiasa bertutur dalam bahasa daerah, sekaligus mengenal dan merayakan tradisi budaya mereka.Â
Dengan cara ini, tidak hanya bahasa daerah yang terjaga, tetapi juga identitas budaya yang melekat pada diri setiap individu.
Dengan melibatkan seluruh warga sekolah, dari guru hingga siswa, upaya ini bisa menghidupkan kembali penggunaan bahasa daerah di kalangan generasi muda, sehingga tidak hanya menjadi sebuah konsep yang disuarakan, tetapi menjadi bagian dari budaya sehari-hari mereka.Â
Jika upaya ini berhasil, bukan tidak mungkin kita akan melihat generasi yang lebih menghargai warisan budaya mereka, serta berkomitmen untuk melestarikannya.
Pembiasaan dalam Pelestarian Bahasa Daerah
Salah satu faktor utama dalam pelestarian bahasa daerah adalah membiasakan diri untuk bertutur dalam bahasa tersebut sehari-hari.Â
Menjadikan bahasa daerah sebagai bagian dari kebiasaan tentu menjadi tantangan, terutama di tengah arus modernisasi yang semakin kuat.Â