Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Nomine Penulis Opini Terbaik pada Kompasiana Awards 2024

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Dari Angka Menuju Harapan

29 September 2024   11:07 Diperbarui: 1 Oktober 2024   05:19 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini bukan semata-mata tentang Kota Metro, Provinsi Lampung. Tulisan ini dapat menjadi pemantik bagi para pemilih di mana pun berada untuk lebih kritis dalam memilih calon pemimpin daerah. Dengan menyandingkan berbagai persoalan di daerah dengan visi dan misi calon kepala daerah, diharapkan para pemilih dapat menemukan sosok yang selaras dan mampu membenahi permasalahan yang ada. 

Komisi Pemilihan Umum telah menetapkan tanggal 27 November 2024 sebagai hari pelaksanaan pemungutan suara untuk pemilihan kepala daerah; gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, serta wali kota dan wakil wali kota.

Dalam suasana kampanye yang berlangsung dari 25 September hingga 23 November, ada beberapa catatan pekerjaan rumah yang perlu diperhatikan oleh para calon pemimpin daerah yang akan terpilih di seluruh Indonesia. 

Kota Metro (Lampung) dapat menjadi contoh dari berbagai tantangan yang dihadapi oleh daerah-daerah lain dalam membangun masa depan yang berkelanjutan.

Partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembangunan adalah kunci untuk mencapai keberlanjutan. Tulisan ini adalah salah satu bentuk partisipasi warga dalam proses pembangunan berkelanjutan, yang dapat diterapkan di berbagai wilayah di Indonesia.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Metro, kita dapat melihat berbagai tantangan yang dihadapi oleh kota ini, yang serupa dengan tantangan yang dialami di banyak daerah lainnya. 

Calon pemimpin terpilih harus mampu menjawab tantangan ini dengan kebijakan yang inovatif dan inklusif.

Mengingatkan dan mengawal persoalan-persoalan ini dalam memori kolektif kita adalah tugas bersama sebagai warga negara, bukan hanya untuk Kota Metro, tetapi juga untuk kemajuan daerah-daerah lain di Indonesia.

Pertumbuhan Penduduk dan Pangan 

Dengan luas wilayah 73,21 km persegi, jumlah penduduk Kota Metro terus bertambah dari tahun ke tahun. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), setelah pemekaran pada tahun 1999, Kota Metro memiliki 115.789 penduduk. Angka ini terus meningkat menjadi 118.448 pada tahun 2000, 145.471 pada tahun 2010, dan mencapai 178.381 pada tahun 2023.

Sayangnya, peningkatan jumlah penduduk ini tidak sebanding dengan luas lahan sawah yang tersedia. Data BPS Kota Metro menunjukkan adanya penurunan signifikan pada luas lahan sawah antara tahun 2004 hingga 2013. 

Pada tahun 2004, Kota Metro memiliki 3.772 hektar lahan sawah, tetapi pada tahun 2013 luasnya turun menjadi 2.904,56 hektar. Meskipun terjadi peningkatan menjadi 2.946,50 hektar pada tahun 2023, angka ini masih belum cukup untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk.

Peningkatan jumlah penduduk tidak hanya berdampak pada kebutuhan papan (perumahan), tetapi juga pada kebutuhan pangan, terutama beras. 

Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan peningkatan produksi pangan dapat mengakibatkan ketidakstabilan pangan. 

Di banyak daerah, seperti Kota Metro, lahan sawah terus tergerus oleh kebutuhan untuk membangun perumahan dan infrastruktur lainnya.

Hal ini menjadi tantangan bagi banyak wilayah di Indonesia. Jumlah penduduk yang bertambah pasti membutuhkan lahan untuk pemukiman, dan jika tidak direncanakan dengan baik, hal ini akan berdampak pada luas lahan pertanian sebagai rantai pasok pangan utama, yaitu padi. Di Kota Metro, pertumbuhan penduduk yang pesat ini jelas menjadi ancaman bagi produksi pangan lokal.

Pemimpin yang terpilih di berbagai daerah, termasuk Kota Metro, diharapkan mampu mengatasi tantangan ini dengan kebijakan yang humanis, berpihak pada lingkungan, dan mempertimbangkan proyeksi pembangunan berkelanjutan. 

Sebagaimana yang disampaikan oleh United Nations Development Programme (UNDP), pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Oleh karena itu, sangat penting bagi pemimpin di daerah mana pun, termasuk Kota Metro, untuk merancang kebijakan yang mendukung keberlanjutan di sektor pangan dan pemukiman. Hal ini akan memastikan bahwa pertumbuhan penduduk tidak menjadi ancaman bagi ketersediaan pangan di masa depan.

Penyalahgunaan Narkotika

Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan menjadi isu yang paling mencolok dan memerlukan perhatian serius di banyak wilayah. Sayangnya, kecenderungan jumlah kasus dari tahun ke tahun justru semakin meningkat.

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Metro, pada tahun 2004 tercatat 30 kasus penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan. Sembilan tahun kemudian, pada tahun 2013, jumlah tersebut meningkat menjadi 50 kasus. Angka ini terus bertambah, dengan 70 kasus pada tahun 2012, 78 kasus pada tahun 2022, dan mencapai 90 kasus pada tahun 2023.

Peningkatan kasus ini menjadi alarm yang kuat bagi pemerintahan di masa mendatang, terutama jika dikaitkan dengan data penduduk usia produktif (15-64 tahun), yang mencakup 69,39% dari total populasi. 

Menurut publikasi Azmawati Mohammed Nawi dalam BMC Public Health, kelompok usia ini sangat rentan terhadap penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan. 

Di banyak wilayah, termasuk Kota Metro, penduduk usia 10-14 tahun pun berjumlah signifikan, dengan 15.341 jiwa, menandakan kerentanan yang semakin besar di kalangan generasi muda.

Hal ini menjadi tantangan besar bagi para pemimpin di berbagai daerah, termasuk di Kota Metro. Bagaimana caranya agar generasi muda bisa diselamatkan dari jeratan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan? Pemimpin yang terpilih harus mampu menerapkan program pencegahan yang tegas dan konsisten, terutama pada tingkat sekolah.

Seringkali, kebijakan yang mendukung pencegahan penyalahgunaan narkotika terhambat oleh masalah pembiayaan atau stigma negatif dari masyarakat, misalnya anggapan bahwa tes narkoba di sekolah adalah hal yang merepotkan. Padahal, program ini sangat penting bagi masa depan generasi muda dan bangsa.

Dengan pendekatan yang tepat dan komitmen yang kuat dari pemimpin daerah, diharapkan masalah penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan dapat diminimalisir. 

Generasi muda harus tumbuh dalam lingkungan yang sehat dan aman agar mereka dapat berkembang menjadi pemimpin masa depan yang berkualitas, tidak hanya di Kota Metro, tetapi juga di seluruh Indonesia.

Gentrifikasi, Tantangan dan Peluang

Meskipun menjadi wilayah dengan luas terkecil di provinsi Lampung, Kota Metro menawarkan sarana prasarana yang hampir lengkap. Berbagai fasilitas pendukung untuk pendidikan, kesehatan, perbelanjaan, hiburan, dan keagamaan tersedia, menjadikannya kota kecil yang nyaman untuk dihuni. Selain itu, biaya hidup di Kota Metro relatif murah dibandingkan dengan kota besar seperti Bandar Lampung.

Dengan kondisi yang nyaman dan tingkat stres yang relatif rendah, Kota Metro menarik perhatian penduduk luar kota untuk bermigrasi dan menetap. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Metro mencatat lonjakan migrasi penduduk pada tahun 2022, dengan 3.240 jiwa pendatang. Jumlah ini meningkat menjadi 5.464 jiwa pada tahun 2023.

Fenomena migrasi ini menjadi tanda bahwa Kota Metro tengah mengalami proses gentrifikasi, di mana pendatang mulai menggeser karakter kota kecil ini. Gentrifikasi dapat membawa dampak positif dan negatif yang perlu dikelola secara bijak, terutama dalam aspek ekonomi dan sosial.

Menurut Putri Ayu Az-Zahra dalam Studi Literatur: Kajian Fenomena Gentrifikasi di Wilayah Pinggiran Kota, gentrifikasi dapat menyebabkan ketimpangan ekonomi antara penduduk asli dan pendatang, sebagaimana dijelaskan oleh Neil Smith. 

Selain itu, perubahan tatanan sosial dan norma masyarakat lokal dapat terjadi, dengan asimilasi budaya yang tidak selalu harmonis. Misalnya, jika dulu antar tetangga saling mengenal, kini interaksi antar penduduk, bahkan dengan tetangga sebelah rumah, menjadi lebih terbatas.

Dampak fisik dari gentrifikasi pun nyata terlihat. Banyak lahan sawah yang beralih fungsi menjadi perumahan baru. Hal ini menyebabkan harga lahan pemukiman melambung, sementara luas lahan sawah semakin berkurang. 

Seperti yang dilaporkan oleh Kompas, gentrifikasi berpotensi mengubah kawasan yang semula dihuni masyarakat berpenghasilan rendah menjadi kawasan elite, yang mengakibatkan kenaikan harga lahan dan properti.

Bagi pemimpin daerah di berbagai wilayah, mengelola gentrifikasi dengan baik adalah kunci. Pertumbuhan jumlah pendatang harus dilihat sebagai peluang untuk mendorong pembangunan yang berkelanjutan, namun dengan tetap mempertahankan keseimbangan sosial dan lingkungan. 

Jika tidak dikelola dengan baik, gentrifikasi berisiko menyebabkan konflik budaya dan pengurangan lahan produktif, yang dapat berdampak langsung pada ketersediaan pangan dan kesejahteraan masyarakat lokal.

Pendidikan sebagai Pilar Kemajuan

Kota Metro dikenal sebagai kota pendidikan, namun data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Metro pada tahun 2023 menunjukkan bahwa hanya 46.409 jiwa yang menyelesaikan pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi. Jumlah ini hanya separuh dari penduduk yang menamatkan pendidikan tertingginya pada tingkat sekolah menengah atas, yaitu 92.789 jiwa.

Fenomena ini menjadi tantangan bagi pemimpin masa depan untuk meningkatkan partisipasi generasi muda dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi setelah menamatkan sekolah menengah. Label sebagai kota pendidikan tidak hanya ditentukan oleh keberadaan infrastruktur pendidikan, tetapi juga oleh seberapa tinggi tingkat partisipasi warga dalam pendidikan lanjut.

Menurut UNESCO, pendidikan adalah fondasi utama bagi kemajuan sebuah bangsa. Dengan demikian, meningkatkan partisipasi pendidikan di setiap daerah merupakan kebutuhan mendesak. 

Tidak hanya di Kota Metro, tetapi di berbagai wilayah di Indonesia, tantangan serupa juga muncul, yaitu bagaimana memastikan bahwa semakin banyak warga yang memiliki akses dan dorongan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Proyeksi untuk menjadikan sebuah kota sebagai pusat pendidikan harus disertai dengan usaha nyata untuk meningkatkan partisipasi pendidikan di tingkat lanjut. Tantangan ini sangat relevan, terutama bagi pemimpin yang terpilih pada Pilkada 2024 di seluruh wilayah Indonesia.

Menurut laporan dari World Bank (worldbank.org), akses yang lebih luas terhadap pendidikan tinggi berkontribusi signifikan pada peningkatan kualitas hidup dan pengurangan kemiskinan. 

Oleh karena itu, kebijakan yang mendukung akses pendidikan tinggi bagi seluruh masyarakat harus menjadi prioritas bagi setiap pemimpin daerah, tidak hanya di Kota Metro tetapi di seluruh Indonesia.

Pemerintah daerah juga perlu berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk sektor swasta dan lembaga pendidikan, untuk menciptakan program-program yang mendorong minat generasi muda dalam menempuh pendidikan tinggi. 

Dengan komitmen yang kuat dari para pemimpin dan dukungan masyarakat luas, diharapkan partisipasi pendidikan di seluruh daerah dapat meningkat, sehingga kota-kota yang mengusung label sebagai pusat pendidikan dapat benar-benar mencerminkan kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan.

Tantangan Sampah

Masalah sampah di Kota Metro memang menjadi isu yang membutuhkan perhatian serius, baik dari pemerintah maupun masyarakat. Persoalannya tidak hanya terkait dengan bagaimana sampah dikelola, tetapi juga bagaimana mengubah pola pikir masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan bertanggung jawab dalam mengelola sampah.

Saat ini, perilaku membuang sampah sembarangan masih kerap dijumpai, mulai dari membuang sampah di sungai, saluran air, hingga di jalanan. Kebiasaan ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan sampah yang baik masih rendah.

Pemerintah telah berupaya menangani masalah ini melalui regulasi seperti Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017, yang menekankan pentingnya pengurangan dan penanganan sampah. Dalam regulasi tersebut, dijelaskan bahwa pengelolaan sampah harus melalui beberapa tahapan, termasuk pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir.

Namun, regulasi saja tidak cukup. Tantangan terbesar adalah bagaimana mengubah pola pikir masyarakat agar lebih peduli dan bertanggung jawab terhadap sampah yang mereka hasilkan. Sebagaimana yang disebutkan oleh Abdi Resa dalam penelitiannya, edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat merupakan kunci untuk mengatasi permasalahan ini.

Pemimpin Kota Metro yang terpilih harus memiliki visi yang jelas untuk mengelola sampah secara berkelanjutan dan melibatkan masyarakat secara aktif. 

Edukasi mengenai pentingnya pemilahan sampah, daur ulang, serta pengurangan penggunaan plastik harus menjadi prioritas. Selain itu, dibutuhkan komitmen untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat melalui kampanye lingkungan dan program-program yang mengedukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan kota.

Jika permasalahan sampah ini tidak ditangani dengan serius, Kota Metro berpotensi menghadapi dampak buruk terhadap lingkungan dan kualitas hidup warganya. 

Sebaliknya, dengan pengelolaan yang baik dan sinergi antara pemerintah dan masyarakat, Kota Metro dapat menjadi contoh kota yang bersih dan ramah lingkungan.

Harapan untuk Masa Depan Cerah

Angka-angka dari Badan Pusat Statistik diharapkan menjadi pemantik bagi kita semua untuk berpikir lebih jauh tentang masa depan. 

Pembangunan berkelanjutan tidak akan berarti tanpa memaknai data-data tersebut. Data ini tersedia di berbagai daerah, dan menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh pemimpin daerah yang terpilih, termasuk di Kota Metro.

Harapan untuk masa depan cerah Kota Metro kami sematkan kepada para calon pemimpin yang saat ini berkampanye. Namun, hal ini berlaku pula untuk semua daerah di Indonesia. 

Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Oleh karena itu, penting bagi setiap pemimpin daerah, termasuk Kota Metro, untuk merancang kebijakan yang mendukung keberlanjutan di berbagai sektor. 

Tantangan seperti pangan, narkotika, gentrifikasi, pendidikan, dan pengelolaan sampah bukan hanya persoalan Kota Metro, tetapi merupakan tantangan yang sering dihadapi di berbagai wilayah di Indonesia. Namun, sayangnya, masalah-masalah ini sering kali terabaikan dalam visi dan misi saat kontestasi kepala daerah berlangsung.

Junjung Widagdo, Guru SMA Negeri 1 Metro Provinsi Lampung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun