Dengan memecah masalah besar menjadi langkah-langkah yang lebih kecil dan terukur, kita dapat lebih mudah mencapai tujuan akhir.
Kebanyakan dari mereka yang berselisih, korban hanya seorang diri, dan pelaku sebenarnya hanya seorang diri saja, namun ditemani dengan kumpulan beberapa kawan pelaku.Â
Hal ini memang strategi pelaku agar korban merasa takut dan terintimidasi oleh banyaknya teman yang dibawa pelaku.Â
Permasalahan pun semakin kompleks ketika kita banyak menghadirkan teman-teman pelaku yang sebenarnya tidak melakukan apa pun, hanya kebetulan hadir saat perselisihan terjadi.Â
Yang patut kita lakukan adalah menanyakan peran dari masing-masing yang awalnya kita hadirkan saat penyelesaian masalah.Â
Kerucutkan pada mereka yang benar-benar melakukan tindakan pada korban, misal kontak fisik dengan korban, beradu pandang dengan korban, atau mereka yang melakukan kekerasan verbal.Â
Bagi mereka yang tidak melakukan apa pun tidak perlu kita hadirkan saat penyelesaian masalah, namun pastikan mereka adalah saksi yang siap hadir saat kita panggil.Â
Dengan mengerucutkan ini, maka penyelesaian masalah akan lebih efektif dan efisien karena kita benar-benar fokus pada pelaku dan korban saja.
Tulis Kronologi dan Lakukan Rekonstruksi
Ini juga hal yang sangat penting dan menjadi dasar dari penyelesaian masalah. Banyak fakta yang akan terungkap saat penulisan kronologi dan rekonstruksi perselisihan digelar.Â
Menurut Uno (2014) dikutip dari serupa.id, problem solving adalah kemampuan untuk menggunakan proses berpikir dalam memecahkan masalah dengan mengumpulkan fakta, menganalisis informasi, menyusun alternatif solusi, serta memilih solusi masalah yang lebih efektif. Artinya, problem solving merupakan pencarian solusi melalui proses berpikir yang sistematis.