Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Seni Menyelesaikan Masalah Tanpa Masalah

7 September 2024   08:26 Diperbarui: 7 September 2024   13:02 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: KOMPAS.id

Kadang kala perselisihan yang terjadi memang dipicu dari perilaku korban itu sendiri. Di sini kita tidak menyalahkan korban sebagai objek dalam perselisihan ini, namun coba melihat dari sudut pandang yang berbeda, tidak hanya dari sudut pandang korban yang merasa tersakiti, tetapi juga dari sudut pandang pelaku mengapa mereka melakukan tindakan tersebut. 

Menurut Joel M. Charon, perspektif adalah sebuah kerangka yang bersifat konseptual, perangkat nilai, asumsi, dan gagasan yang mempengaruhi persepsi dan tindakan dalam situasi tertentu, seperti dikutip dari gramedia.com.

Rumusnya, tidak ada asap jika tidak ada api; tidak ada tindakan tanpa faktor pemicu yang muncul. Kita bukan mencari apinya pada siapa, tapi lebih kepada bagaimana api ini bisa muncul. 

Apakah mungkin tindakan pelaku ini karena tersinggung dari perilaku korban, atau jangan-jangan pelaku memang mencari eksistensi untuk diakui sebagai seseorang yang superior. 

Dengan ini, diharapkan kita mampu menghadirkan penyelesaian masalah dengan tepat.


Kerucutkan Poin Masalah

Dengan mengerucutkan masalah pada poin yang menjadi titik utama permasalahan, kita akan mampu melihat siapa pelaku yang sebenarnya dan bagaimana posisi korban. 

Dari franklincovey.co.id, Stephen Covey dalam 'The 7 Habits of Highly Effective People' menyarankan untuk 'memulai dengan akhir dalam pikiran.' Dengan memecah masalah besar menjadi langkah-langkah yang lebih kecil dan terukur, kita dapat lebih mudah mencapai tujuan akhir.

Kebanyakan dari mereka yang berselisih, korban hanya seorang diri, dan pelaku sebenarnya hanya seorang diri saja, namun ditemani dengan kumpulan beberapa kawan pelaku. 

Hal ini memang strategi pelaku agar korban merasa takut dan terintimidasi oleh banyaknya teman yang dibawa pelaku. Permasalahan pun semakin kompleks ketika kita banyak menghadirkan teman-teman pelaku yang sebenarnya tidak melakukan apa pun, hanya kebetulan hadir saat perselisihan terjadi. 

Yang patut kita lakukan adalah menanyakan peran dari masing-masing yang awalnya kita hadirkan saat penyelesaian masalah. Kerucutkan pada mereka yang benar-benar melakukan tindakan pada korban, misal kontak fisik dengan korban, beradu pandang dengan korban, atau mereka yang melakukan kekerasan verbal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun