Buat perdamaian ini dalam sebuah kesepakatan yang tertulis agar menjadi kuat, dan tuliskan juga konsekuensi yang akan terjadi jika hal ini terulang kembali.
Dengan kedua hal ini—kesepakatan lisan dan tertulis—semoga tidak ada lagi perselisihan yang timbul setelah penyelesaian ini.
Wasana Kata
Saya menyebutnya sebagai seni menyelesaikan masalah tanpa masalah "the art of solving problems without problems", Carl Von Clausewits (Carl Philipp Gottfried) (1780-1831) mendefinisikannya sebagai “the use of engagements for the object of war”, strategi merupakan penggunaan pertempuran untuk memenangkan peperangan mengutip dari sebuah jurnal Eris Juliansyah pada 2017.
Satu yang menyatukan antara saya dan Clausewits, sama-sama berpusat pada sebuah seni ataupun strategi untuk menyelesaikan masalah ataupun memenangkan peperangan.
Berbagai poin di atas adalah sebuah seni yang membantu penulis saat 'terjebak' sebagai pengadil siswa di sekolah saat mereka terlibat dalam masalah.
Btw, disclaimer is on, ini hanya pengalaman penulis berdasarkan berbagai kegiatan pemecahan masalah perselisihan yang penulis selalu ikuti saat menjadi konselor di sekolah.
Bisa jadi pengalaman teman-teman juga akan berbeda, sebab seperti pepatah bilang, lain lubuk lain ikan, lain ladang lain belalang, lain sekolah juga lain masalah.
Setidaknya bagi para guru yang baru terlibat dalam tim ataupun secara individu menjadi 'pengadil', bisa menjadikan ini sebagai sebuah gambaran saat harus dihadapkan pada masalah perselisihan siswa. Semoga bermanfaat.
Junjung Widagdo, Guru SMA Negeri 1 Metro Provinsi Lampung