Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Guru dalam Middle Income Trap

2 Maret 2024   21:23 Diperbarui: 4 Maret 2024   07:30 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: HERYUNANTO untuk KOMPAS.id

Tanpa insentif lain selain gaji, guru akan sulit untuk menabung. Akibatnya, kebanyakan dari kita tetap berada di kelas menengah, dengan harapan naik kelas yang agak ngap-ngap pan.

Mau kelola apa?

Awal-awal saya meminta untuk menggunakan mode "dompet" dalam pengelolaan keuangan, istri saya setengah protes. Dengan sabar, istri saya bertanya, "La, yang mau direncanakan apa, Yah?

Saya akhirnya menyadari bahwa mengatur gaji agar pas dengan pengeluaran memang agak sulit. Untungnya, istri saya juga seorang guru PNS, sehingga beban tersebut tidak terlalu berat.

Secara keseluruhan, bisa dibilang situasinya impas. Gaji naik, tapi kebutuhan juga ikut naik. Namun, masalahnya adalah kebutuhan seringkali melonjak tinggi sekali, sementara gaji jarang naik seiring dengan kenaikan kebutuhan.

Maka wajar jika akhirnya istri saya sering berkata, "La, yang mau dikelola apa?", yang sebenarnya merupakan candaan, namun tetap diucapkan dengan rasa syukur atas apa yang kami miliki. Sebab tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama, bahkan banyak yang berlomba-lomba untuk tetap menjadi seorang guru lo, maka tetap kita syukuri.

Insentif yang besar biasanya hanya diperoleh oleh guru yang bertugas di daerah dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang besar pula.

Maka wajar jika terkadang kita bingung tentang apa yang harus dikelola, direncanakan, dan ditabung, karena cukup sulit memenuhi berbagai kebutuhan dengan gaji yang pas-pasan.

Bingung Golongan Miskin atau Kaya

Apakah ada yang percaya bahwa ada PNS yang juga tidak mampu dan membutuhkan bantuan? Kami tidak akan mungkin dikelompokkan sebagai golongan perekonomian di bawah, namun jarang yang melihat kami sebagai golongan menengah. 

Pikiran-pikiran seperti ini seringkali menghampiri saya dalam keheningan, ketika saya menikmati secangkir kopi di pagi hari sendirian, atau bahkan saat berkendara sendirian.

Mungkin terdengar agak berlebihan, tapi saya sering memikirkan masa depan beberapa tahun ke depan, ketika kedua anak kami akan memasuki fase studi lanjut, yaitu kuliah. Meskipun masih jauh, tapi saya sudah mulai mempersiapkannya dari sekarang.

Konon kabarnya, masalah UKT (uang kuliah tunggal) ini ditentukan berdasarkan jumlah total pendapatan kotor dari ayah dan ibu. Bagi seorang PNS, sulit untuk menghindarinya, karena catatan gaji resmi tertera dalam slip gaji. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun