Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pertarungan yang Menentukan

26 April 2020   22:35 Diperbarui: 27 April 2020   09:36 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat di kantor polisi kriminal, dilakukanlah pemberkasan (dibuat Berita Acara Pemeriksaan -BAP). Aku ditanya oleh salah seorang polisi dengan beberapa pertanyaan standar seperti layaknya polisi di Indonesia dan langsung mengetiknya menggunakan personal computer. Dia melakukannya dengan ramah dan tidak ada unsur kekerasan. Saat bersamaan iseng-iseng aku mengambil sebuah pena dan kertas yang ada di meja polisi itu. Lalu aku membuat sketsa petugas yang sedang mengetik tersebut. 

Setelah selesai mengetik data dan keteranganku, petugas itu secara tak sengaja melihat hasil coretanku tadi. Ternyata dia tertarik dan langsung mengambil sketsa tersebut.

"Oh, ini bagus sekali. Sepertinya gambar saya ya?  Anda bisa melukis?" tanya petugas itu ramah sambil wajahnya memandangku takjub.

"Betul Pak, saya memang seniman," jawabku singkat.

"Bolehkah gambar ini saya minta?" tanya petugas itu lagi.

"Silakan Pak. Ambil saja. Itu memang saya buat untuk Bapak," kataku lagi pada polisi muda itu.

Akhirnya pembicaraan kami justru tidak membahas tentang kalung emas dan hal-hal menyangkut kriminal. Justru topik pembicaraan kami jadi beralih ke masalah seni.  Tentu saja ini kesempatanku untuk bercerita panjang lebar padanya tentang profesiku dan mengapa aku berada di Kota Madinah. Dalam waktu singkat kami pun akrab dan jadi berteman. Bahkan, dia dengan suka rela menghapus semua data yang tadi diketiknya dan menganggap tidak pernah terjadi apa-apa. "Alhamdulillah ya Allah," gumamku sebagai tanda bersyukur pada Illahi.

Menjelang malam aku diserahkan oleh pihak kepolisian ke petugas imigrasi dengan kendaraan dinas mereka. Sebelumnya, petugas tadi mengembalikan dulu semua barang-barangku yang sempat disita olehnya yaitu dompet, handphone, dan kalung. 

Hari Pertama di Tahanan Imigrasi

Setelah diserahterimakan dari pihak kepolisian ke pihak imigrasi, aku ditempatkan di sebuah ruangan bawah tanah yang cukup luas. Ruangan sekitar 7 m X 10 m yang menurutku mampu menampung sekitar 50 orang tahanan. Namun, ruangan itu tidak ada apa-apanya, cuma ruangan kosong tanpa ada meja, kursi, atau lemari, kecuali kamar mandi dan tempat salat yang terletak di pojok ruangan. 

Terus terang, selama tinggal di Saudi Arabia, baru kali ini aku masuk ruang karantina. Banyak sekali orang di ruangan ini. Perkiraanku ada sekitar 40 orang dari berbagai bangsa. Semua disatukan dalam satu ruangan tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun