"Siapa Emilia?"
"Kekasihku, yang hidup dalam potret-potret itu. Kemarilah, akan kuceritakan tentang dia."
Semangkuk mie ayam yang isinya tinggal setengah, sudut-sudut cafe Terserah, setiap sisi kampus, senyumnya, aroma parfumnya. Bagian mana dulu yang harus aku mulai. Dia memberiku kado penunjuk waktu, tetapi jarumnya lupa ia kembalikan ke tempat semestinya. Waktu di tempatku mati. Tapi dia selalu hidup dalam setiap potret-potretku. Nyata, di sana,abadi.
Kau tahu Emilia, tidak ada hal yang lebih berharga yang pernah kau berikan kepadaku selain waktu. Waktu yang kau curi dari siapa saja, hanya untuk menemuiku. Waktu yang kau manipulasi sedemikian rupa hanya untuk bersamaku. Detik, menit, jam, hari hingga menjadi tahun yang kubekukan dalam setiap potret-potretmu. Tidak ada yang lebih berharga dari itu. Hanya ini caraku untuk tetap memilikimu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI