Mohon tunggu...
Juli Antonius Sihotang
Juli Antonius Sihotang Mohon Tunggu... Lainnya - Perantau-Peziarah Hidup

Spiritualitas, Iman Katolik, Kaum Muda Katolik Artikel saya yang lain dapat dilihat di: https://scholar.google.co.id/citations?user=_HhzkJ8AAAAJ&hl=en

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yesus Kristus sebagai Sumber Katekese bagi Kaum Muda Katolik

27 Mei 2023   09:00 Diperbarui: 27 Mei 2023   09:20 849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Apabila katekese yang baik, mendalam, dan berkesinambungan diberikan sejak awal kepada setiap kaum muda, maka dapat dipastikan bahwa mereka juga akan tumbuh dalam eksadaran dan keyakinan yang mendalam akan netapa penting dan mendesaknya sikap saling menghargai satu sama lain dalam hidup bersama di mana pun mereka berada. Suatu kebiasaan (habitus) hidup yang dengan tegas dan lantang menunjukkan kepada seluruh insan bahwa semua manusia adalah saudara-saudari, sehingga sudah pantas dan selayaknya dihargai dan dikasihi, apapun agama, latar belakang, dan budayanya.[31] Hal ini dapat diwujudkan dengan sikap yang ramah, menyapa, dan saling bersalaman di antara satu sama lain maupun umat yang ada di suatu paroki: mulai dari anak-anak kecil, remaja, orang muda hingga orang tua. Dengan demikian setiap orang menyadari bahwa betapa penting, berpengaruh, dan baiknya keberadaan orang lain dalam hidup mereka masing-masing dalam konteks hidup beriman maupun bermasyarakat.

 

Kaum muda (Katolik) telah berungkali ditunjukkan oleh Gereja adalah pribadi-pribadi yang sungguh-sungguh dibutuhkan oleh paroki dan Gereja terutama karena segala inovasi-kreativitas, semangat, dan kemampuannya dalam mengikuti perubahan-perubahan yang ada dalam kehidupan, sekalipun kaum muda juga bisa terombang-ambing karena perubahan yang ada. Apalagi dalam hubungannya dengan dasar dan perekembangan iman mereka menghadapi berbagai godaan dunia yang bisa menyesatkan maupun membawa hidup mereka masuk ke dalam dunia gelap dan jahat.[32] Gambaran yang menunjukkan bagaimana kaum muda seharusnya disadarkan dan dibekali sejak awal melalui katekese: pewarisan iman dalam keluarga, persiapan Komuni Pertama sampai Sakramen Krisma, khotbah-khotbah di gereja, konferensi maupun pertemuan-pertemuan yang ada, terutama dalam lingkup paroki supaya berkat pertolongan Tuhan sendiri mereka hidup dalam iman yang utuh dan teguh.

 

Yesus Kristus Sebagai Sumber Katekese Terhadap Kaum Muda

Dalam Kitab Suci mulai dari Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru, bahkan dalam realitas kehidupan manusia itu sendiri dalam Gereja dapat ditemukan berbagai kisah mengenai peran, pengaruh, maupun tindakan luar biasa yang telah dilakukan oleh kaum muda dihadapan Allah dan sesamanya. Kenyataan iman ini dapat dilihat dari berbagai kisah kaum muda dalam Kitab Suci, secara khusus yang tampilkan dalam sejarah hidup Yusuf, Gideon, Samuel, raja Saul, raja Daud, Daniel, raja Salomo, Yeremia, Rut, kisah kaum muda dalam Injil, maupun para santo-santa yang diakui oleh Gereja. Namun, semua kisah kaum muda itu mencapai puncaknya dalam diri Yesus Kristus, Putera Allah yang de facto adalah seorang kaum muda. Dia adalah orang muda di kalangan kaum muda dan teladan nyata bagi seluruh insan kaum muda dalam mewujudkan tujuan hidup mereka di dunia ini, yakni pengudusan diri bagi Allah.[33] Yesus Kristus hidup, Dialah harapan dan kemudaan yang paling indah di dunia ini bagi seluruh umat manusia, istimewanya bagi kaum muda. Setiap orang dan segala sesuatu yang percaya dan disentuh oleh-Nya diubah menjadi muda, baru, dan dilimpahi dengan kehidupan. Yesus Kristus hidup dan menginginkan supaya setiap kaum muda hidup dalam Dia.[34] 

 

Yesus Kristus yang telah bangkit ingin menyertai dan memberkati perjalanan hidup setiap kaum muda, serta mendengarkan apa yang menjadi ekspektasi mereka, sekalipun terkadang mengecewakan karena harapan-harapan mereka masih jauh dari kenyataan. Namun, Yesus Kristus senantiasa dan selama-lamanya akan mendengarkan, berjalan, dan berbagi dengan setiap kaum muda.[35] Adapun bukti dari pernyataan ini ditunjukkan oleh Gereja melalui kisah perjalanan murid ke Emaus,[36] yang menjadi suatu teks paradigmatis dalam mengerti misi gerejawi terhadap kaum muda. Yesus Kristus yang penuh kasih, hospitality, dan semangat mewartakan Sabda Allah serta membimbing para murid untuk menafsirkan-memahami segala peristiwa yang telah dilami dalam Kitab Suci. Dia kemudian menerima udangan para murid untuk tinggal bersama mereka karena hari yang sudah mulai malam (Yesus Kristus memasuki kegelapan hidup mereka). Pada waktu mendengarkan Dia, para murid dipenuhi oleh hati yang berkobar-kobar, akal budi diterangi, dan ketika Yesus Kristus memecahkan roti, mata (hati) mereka menjadi terbuka.[37]   

 

Pewartaan akan Yesus Kristus yang wafat dan bangkit telah mewahyukan Allah Bapa serta menganugerahi Roh Kudus kepada seluruh umat beriman tidak lain adalah tanggung jawab dan panggilan pokok setiap orang Kristiani. Melalui pemahaman yang demikian, Gereja senantiasa mengundang kaum muda untuk terus-menerus merasakan, mengenal, dan mengalami sendiri berbagai tanda kasih Allah dalam peziarahan hidup di dunia ini, secara khusus supaya mereka mampu menemukan suatu komunitas sebagai rumah berjumpa dan berelasi dengan Yesus Kristus. Kenyataan inilah yang menjadi 'dasar (sumber) katekese' terhadap kaum muda yang seharusnya senantiasa ditampilkan, diwujudkan, dan dihidupkan dalam kehidupan mereka. Oleh sebab itu, dalam diri mereka hendaknya senantiasa ditanamkan kerinduan untuk semakin mengenal Yesus Kristus yang hidup dan Injil-Nya, kemampuan untuk merefleksikan berbagai pengalaman hidup, dan peristiwa sejarah (iman). Pendampingan dalam hidup doa, perayaan liturgis, lectio divina, respect terhadap tindakan kasih maupun promosi keadilan serta dengan memberikan pelayanan spiritualitas kaum muda yang autentik.[38]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun