Â
Kewajiban keluarga Katolik dalam pewarisan iman kepada anak-anak mereka bukanlah sutau anjuran Gereja semata, melainkan suatu kewajiban yang serius lagi berat karena berhubungan dengan sanksi-hukuman gerejawi dalam kaitannya dengan pelanggaran yang terjadi. Kan. 1366 menunjukkan kenyataan bahwa orang tua, mereka yang diberi tanggung jawab menggantikan kedudukan orang tua, yang menyerahkan anak-anaknya untuk dibaptis-dididik dalam agama non-Katolik hendaknya dihukum dengan censura maupun hukuman yang adil. Namun, harus diakui bahwa peran-kewajiban orangtua dalam berkatekese kepada anak-anak mereka nyatanya masih jauh dari harapan Gereja selama ini. Bukan karena kelemahaman-kesalahan orang tua, melainkan karena perubahan situasi-keadaan hidup di dunia yang seringkali mereduksi kesempatan dan waktu bagi keluarga untuk berjumpa, berdialog, dan beredukasi (iman) dengan intens dan mendalam bersama anak-anak mereka.[23]
Â
Anugerah dan Tantangan Kaum Muda (Katolik)
Kaum muda merupakan sekumpulan pribadi yang memiliki kekuatan dan pengaruh yang sangat fundamental dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks Gereja, mereka adalah ranah kreativitas, pengaderan, dan pengembangan dalam lingkungan, stasi, maupun paroki gereja Katolik, yang biasa disebut OMK.[24] Namun, disposisi batin, situasi hidup, dan relasi mereka dengan keluarga sendiri telah banyak mengalami perubahan, yang dalam banyak pengalaman sering membuat kaum muda cepat terbawa pada situasi-keadaan yang selalu baru-berubah, sekalipun kenyataannya kaum muda kurang mampu menanggung berbagai kesulitan-tantangan yang dihadapi dalam hidup mereka. Alangkah baiknya apabila kaum dewasa mengusahakan dialog dengan kaum muda, supaya kedua belah pihak saling mengenal, menghargai, dan bertumbuh dalam iman. Melalui teladan, relasi yang baik-harmonis, dan nasihat yang bijaksana, mereka semua memiliki antusias dan keaktifan untuk bekerja bagi sesama dan Tuhan sebagai rasul-rasul muda.[25]
Â
Kaum muda senantiasa mempunyai roh untuk berkreasi dan berinovasi dalam mengekspresikan hidup mereka dalam konteks hidup sehari-hari. Namun, harus diakui bahwa kegiatan-kegiatan yang mendukung maupun mewujudkan hal tersebut masih kurang diperhatikan oleh pihak gereja lokal, bahkan mungkin belum terlaksana dalam banyaknya kegiatan menggereja yang ada hingga saat ini. Keadaan tersebut tidak dapat dipungkiri sangat berpengaruh terhadap kehidupan kaum muda dalam usaha mereka mengembangkan jiwa kepemimpinan, mengelola suatu organisasi, maupun untuk terus bertumbuh dalam suatu karakter yang autentik dalam hidup (beriman) sehari-hari.[26] Oleh sebab itu, Â betapa baiknya apabila saat ini pihak gereja mengusahakan supaya pendampingan dan pewartaan yang diberikan kepada kaum muda disesuaikan dengan kebiasaan dan zaman mereka, secara khusus dalam hubungannya dengan aplikasi gadget seperti Facebook, Instagram, Video Clip, Youtube, film pendek dan WA grup sebagai sarana pewartaan yang sah dan benar karena sangat berdaya guna dalam mempercepat dan menyebarluaskan apa yang hendak dicapai maupun diwujudkan oleh Gereja kepada kaum muda (Katolik) saat ini.[27]
Â
KHK sendiri jauh sebelumnya telah menegaskan hal yang senada dalam hubungannya mengenai ketentuan Gereja dalam memberikan pengajaran kateketik kepada umat beriman. KHK Kan. 779 dengan jelas menyampaikan supaya pengajaran kateketik yang diberikan kepada umat Allah hendaknya menggunakan (menyesuaikan) berbagai bantuan yang dibutuhkan, sarana didaktis, maupun alat-alat komunikasi sosial yang dipahami lebih berdaya guna, sehingga umat beriman mengerti sifat khusus, kemampuan, usia, dan keadaan hidupnya masing-masing mampu mempelajari sekaligus mengerti ajaran iman Katolik secara holistik serta mampu menghayatinya dalam tindakan nyata dengan tepat lagi bijakasana.[28] Kenyataan inilah yang seharusnya senantiasa diusahakan oleh pihak gereja dalam praktek katekese kepada seluruh anggota Gereja. Apalagi kaum muda sangat penting dan berkenan bagi Tuhan, Gereja, dan sesama untuk melakukan suatu karya dan perbuatan, terutama bagi pertobatan dan keselamatan orang lain. Pemahaman tersebut yang ditunjukkan oleh Gereja hingga saat ini, sehingga selalu dan sangat mengharapkan berbagai ide, inovasi, kreativitas, dan perbuatan nyata dari setiap kaum muda untuk membarui hidup Gereja, paroki, bahkan dunia untuk selalu baru dan muda.[29] Kenyataan ini terlihat jelas dari semakin banyaknya kaum muda yang menjadi pemimpin, tokoh pembaru, dan tokoh inspiratif dalam berbagai bidang-aspek kehidupan di seluruh dunia.
Â
Dalam masanya, kaum muda dihadapkan akan berbagai keputusan mendasar sekaligus penting yang akan menjadi pilar kehidupan mereka selanjutnya. Kaum muda dituntut untuk mendengarkan suara hati mereka yang terdalam dengan mengandalkan dirinya sendiri, sebab ia sendiri yang nantinya akan bertanggung jawab atas apa yang menjadi pilihannya, sekalipun kaum muda mendapatkan dukungan, advice, dan inspirasi dari keluarga serta teman-teman mereka. Inilah mengapa rahmat dan dosa maupun kebaikan dan kejahatan menjadi pergulatan maupun pilihan kaum muda dalam pengalaman hidup mereka sehari-hari. Gambaran tersebut menjadi bukti bahwa betapa penting dan mendesaknya katekese dalam membekali, mendampingi, menyiapkan, dan mendewasakan hidup (beriman) kaum muda di tengah berbagai kompleksitas kehidupan sehari-hari. Kaum muda dengan demikian memiliki antusias, sikap rela berkorban, aktif, dan empati dalam hidup dan pelayanan mereka di tengah masyarakat dan gereja.[30]