Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengenal Tanda-Tanda Kejahatan terhadap Lansia

2 Januari 2025   07:05 Diperbarui: 2 Januari 2025   07:05 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Mengenal tanda-tanda kejahatan terhadap lansia. | Image by Freepik

Kejahatan terhadap lansia (orang lanjut usia), baik itu kekerasan fisik, emosional, seksual, atau penelantaran, adalah masalah serius yang seringkali tersembunyi. Korban lansia seringkali merasa takut, malu, atau tidak berdaya untuk melaporkan kejadian yang mereka alami. 

Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk mengenali tanda-tanda umum kejahatan terhadap lansia agar dapat memberikan bantuan yang tepat.

Tanda-Tanda Fisik

Luka memar yang tidak dapat dijelaskan, terutama di bagian tubuh yang tersembunyi seperti lengan bagian dalam, perut, punggung, atau paha, merupakan indikator kuat adanya kekerasan fisik. Bekas luka bakar dengan pola yang aneh atau tidak wajar, seperti bentuk cetakan rokok atau benda panas lainnya, juga patut dicurigai. 

Di samping itu, perhatikan adanya luka sayatan, tusukan, atau tanda-tanda benda tumpul yang mengenai tubuh. Fraktur atau patah tulang, terutama pada tulang rusuk, pergelangan tangan, atau panggul, bisa menjadi tanda kekerasan fisik yang serius.

Perubahan berat badan yang drastis dalam waktu singkat tanpa alasan yang jelas juga perlu diwaspadai. Penurunan berat badan yang signifikan bisa mengindikasikan adanya malnutrisi atau penelantaran. 

Sebaliknya, peningkatan berat badan yang tiba-tiba juga bisa menjadi tanda adanya pemberian obat-obatan yang tidak sesuai atau penumpukan cairan akibat penyakit yang tidak tertangani. 

Dehidrasi, yang ditandai dengan kulit kering, mulut kering, mata cekung, dan penurunan frekuensi buang air kecil, juga merupakan tanda yang umum ditemukan pada korban kekerasan.

Perhatikan pula kondisi kebersihan diri lansia. Rambut yang kusut, kuku yang panjang dan kotor, serta pakaian yang kotor dan compang-camping bisa menjadi indikasi bahwa lansia tidak mendapatkan perawatan yang layak. Kulit yang tampak kering, bersisik, atau mengalami infeksi juga bisa menjadi tanda penelantaran. 

Kemudian, perhatikan adanya luka terbuka yang tidak diobati atau infeksi yang tidak tertangani.

Tanda-tanda fisik lainnya yang perlu diwaspadai antara lain adalah adanya luka yang tidak sesuai dengan penjelasan yang diberikan oleh pelaku atau pengasuh. Misalnya, luka memar yang dikatakan akibat terjatuh, namun lokasinya tidak sesuai dengan mekanisme jatuh yang umum. 

Lalu, perhatikan juga adanya tanda-tanda penggunaan alat bantu jalan yang tidak sesuai, seperti kursi roda yang rusak atau tongkat yang terlalu pendek.

Penting untuk diingat bahwa tidak semua tanda fisik merupakan indikasi pasti adanya kekerasan. Beberapa kondisi medis tertentu juga bisa menyebabkan munculnya tanda-tanda fisik yang mirip. 

Oleh karena itu, jika Anda mencurigai adanya kekerasan terhadap lansia, segera laporkan kepada pihak yang berwajib atau profesional kesehatan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Tanda-Tanda Emosional

Tanda-tanda emosional ini seringkali lebih sulit diidentifikasi dibandingkan tanda-tanda fisik, namun sangat penting untuk diperhatikan. 

Korban lansia yang mengalami kekerasan emosional seringkali menarik diri dari lingkungan sosial mereka, merasa terisolasi, dan kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya mereka nikmati. Perubahan mood yang drastis, seperti mudah marah, sedih, atau cemas tanpa sebab yang jelas, juga bisa menjadi indikasi adanya masalah. 

Di samping itu, korban juga mungkin mengalami kesulitan tidur, perubahan nafsu makan, atau bahkan pikiran untuk menyakiti diri sendiri.

Perlu diingat bahwa tidak semua perubahan emosional pada lansia disebabkan oleh kekerasan. Kondisi medis tertentu, seperti depresi atau demensia, juga dapat menyebabkan perubahan mood dan perilaku. 

Namun, jika perubahan tersebut terjadi secara tiba-tiba atau tidak sesuai dengan kondisi medis yang sudah ada, maka perlu dicurigai adanya kemungkinan kekerasan.

Pentingnya lingkungan yang suportif bagi lansia sangatlah krusial dalam mencegah dan mendeteksi tanda-tanda kekerasan emosional. 

Keluarga, teman, dan tenaga kesehatan perlu memperhatikan perubahan perilaku lansia dan tidak ragu untuk bertanya atau mencari bantuan jika ada kekhawatiran. Dengan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman, lansia akan merasa lebih percaya diri untuk mengungkapkan apa yang mereka alami.

Kekerasan emosional dapat meninggalkan luka yang dalam pada jiwa korban, bahkan setelah kekerasan fisik telah berhenti. Efek jangka panjang dari kekerasan emosional dapat mencakup gangguan stres pasca-trauma, depresi berat, dan isolasi sosial. 

Untuk itu, penanganan yang tepat dan komprehensif sangat penting untuk membantu korban pulih.

Tanda-Tanda Finansial

Tanda-tanda finansial sering kali menjadi petunjuk awal adanya eksploitasi terhadap lansia. Selain penarikan uang tunai yang tidak biasa dan perubahan dalam dokumen legal, ada beberapa indikasi lain yang perlu diwaspadai. 

Misalnya, munculnya tagihan-tagihan baru yang tidak dikenal oleh lansia, atau adanya perubahan mendadak dalam pola pengeluaran. Lansia yang sebelumnya hemat mungkin tiba-tiba menjadi boros, atau sebaliknya, mereka yang biasanya aktif berbelanja menjadi enggan keluar rumah.

Eksploitasi finansial sering kali melibatkan orang-orang terdekat, seperti anggota keluarga, teman, atau pengasuh. Pelaku kejahatan ini biasanya mencari celah kelemahan lansia, seperti kondisi kesehatan yang menurun, keterasingan sosial, atau kurangnya pengetahuan tentang keuangan. 

Mereka dapat memanipulasi lansia untuk menandatangani dokumen penting, memberikan akses ke rekening bank, atau menyerahkan kepemilikan aset.

Kemudian, lansia juga rentan menjadi korban penipuan. Modus penipuan yang sering terjadi adalah penipuan telepon, penipuan melalui email, atau penipuan yang dilakukan secara langsung. 

Pelaku penipuan biasanya akan menyamar sebagai petugas bank, petugas pemerintah, atau kerabat yang membutuhkan bantuan. Mereka akan memberikan iming-iming hadiah, meminta bantuan keuangan, atau mengancam akan terjadi hal buruk jika lansia tidak mengikuti instruksi mereka.

Untuk mencegah terjadinya eksploitasi finansial terhadap lansia, perlu adanya upaya bersama dari berbagai pihak. Keluarga dan teman dekat lansia perlu lebih memperhatikan kondisi keuangan lansia dan memastikan bahwa mereka tidak menjadi korban penipuan. 

Lembaga keuangan juga perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap transaksi yang mencurigakan yang melibatkan nasabah lansia. Pemerintah perlu membuat regulasi yang lebih kuat untuk melindungi hak-hak finansial lansia dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melindungi lansia dari kejahatan.

Selain eksploitasi finansial, lansia juga dapat menjadi korban pencurian. Pelaku pencurian biasanya akan mencari rumah lansia yang ditinggal sendirian atau rumah yang tidak memiliki sistem keamanan yang memadai. Mereka akan mencuri barang-barang berharga seperti perhiasan, uang tunai, atau barang elektronik. 

Untuk mencegah terjadinya pencurian, lansia perlu memastikan bahwa rumah mereka dalam keadaan aman, memasang alarm, dan tidak menyimpan sejumlah besar uang tunai di rumah.

Tanda-Tanda Sosial

Isolasi sosial merupakan salah satu indikator paling jelas dari adanya kekerasan terhadap lansia. Korban seringkali menghindari kontak dengan orang-orang yang mereka percayai, seperti keluarga dan teman dekat. 

Mereka mungkin menolak kunjungan, panggilan telepon, atau undangan untuk menghadiri acara sosial. Hal ini bisa disebabkan oleh rasa takut, malu, atau ancaman dari pelaku kekerasan.

Lalu, perubahan dalam pola komunikasi juga bisa menjadi tanda adanya masalah. 

Korban mungkin berbicara dengan nada yang berbeda ketika berbicara dengan pelaku kekerasan, atau mereka mungkin tampak gugup atau cemas ketika berbicara tentang situasi di rumah. Perubahan dalam cara mereka berinteraksi dengan orang lain, seperti menjadi lebih pasif atau agresif, juga bisa menjadi petunjuk.

Kurangnya partisipasi dalam aktivitas sosial yang sebelumnya mereka nikmati adalah tanda lain yang perlu diperhatikan. Jika seorang lansia yang dulu aktif dalam kegiatan komunitas atau klub tiba-tiba berhenti berpartisipasi, ini bisa menjadi tanda bahwa mereka sedang mengalami kesulitan.

Perubahan dalam penampilan juga bisa menjadi indikator adanya kekerasan. Korban mungkin terlihat tidak terawat, dengan pakaian yang kotor atau kusut. Mereka mungkin juga mengalami penurunan berat badan yang drastis atau menunjukkan tanda-tanda malnutrisi.

Tanda-Tanda Lingkungan

Tanda-tanda lingkungan merupakan indikator penting yang seringkali terabaikan dalam kasus kekerasan terhadap lansia. 

Kondisi lingkungan sekitar tempat tinggal lansia dapat memberikan petunjuk yang kuat mengenai adanya potensi atau kejadian kekerasan. Perubahan mendadak atau kondisi yang tidak wajar dalam lingkungan sekitar dapat menjadi alarm bagi kita untuk lebih waspada.

Rumah yang tidak terawat adalah salah satu tanda yang paling umum. Hal ini bisa berupa rumah yang kotor, berantakan, atau tidak memiliki fasilitas dasar seperti air bersih dan listrik yang berfungsi dengan baik. 

Kondisi rumah yang demikian dapat mengindikasikan adanya pengabaian atau ketidakmampuan lansia untuk merawat dirinya sendiri. Selain itu, adanya kerusakan pada perabotan atau struktur bangunan juga bisa menjadi tanda adanya kekerasan fisik.

Kurangnya akses ke perawatan medis juga merupakan tanda yang patut dicurigai. Lansia yang menjadi korban kekerasan seringkali tidak mendapatkan perawatan medis yang layak, meskipun mereka membutuhkannya. 

Hal ini bisa disebabkan oleh pelaku yang sengaja menghalangi akses lansia ke fasilitas kesehatan atau karena lansia merasa takut untuk meminta bantuan. 

Tanda-tanda lain yang terkait dengan kurangnya akses ke perawatan medis adalah adanya luka-luka yang tidak diobati, kondisi kesehatan yang memburuk, atau tidak adanya obat-obatan yang diperlukan.

Kurangnya persediaan makanan dan obat-obatan adalah indikator lain yang menunjukkan adanya masalah. 

Jika seorang lansia memiliki cukup uang namun tidak memiliki makanan atau obat-obatan yang cukup, ini bisa menjadi tanda bahwa uangnya digunakan untuk keperluan lain atau diambil oleh orang lain. Lalu, adanya lemari makanan yang kosong atau kulkas yang tidak berisi makanan juga bisa menjadi petunjuk.

Lingkungan sosial yang tidak mendukung juga dapat menjadi faktor yang memperburuk situasi. Jika lansia tinggal di lingkungan yang tidak aman atau tidak ramah, mereka akan merasa lebih rentan terhadap kekerasan. Jika lansia tidak memiliki jaringan sosial yang kuat, mereka akan kesulitan untuk meminta bantuan ketika mengalami masalah.

Penting untuk diingat bahwa tidak semua tanda-tanda lingkungan mengindikasikan adanya kekerasan terhadap lansia. 

Namun, jika Anda melihat beberapa tanda yang mencurigakan, sebaiknya lakukan tindakan lebih lanjut untuk memastikan keselamatan lansia tersebut. Anda dapat berbicara dengan lansia secara pribadi, menghubungi keluarga atau teman dekatnya, atau melaporkan ke pihak berwajib.

Apa yang Harus Dilakukan Jika Anda Mencurigai Terjadinya Kejahatan terhadap Lansia?

Jika Anda mencurigai adanya tindak kekerasan terhadap lansia, jangan ragu untuk bertindak. Segera hubungi pihak yang berwenang seperti kepolisian atau lembaga perlindungan anak. 

Berikan informasi yang sejelas-jelasnya mengenai kejadian yang Anda lihat, termasuk identitas korban, pelaku (jika diketahui), waktu kejadian, dan bukti-bukti yang Anda miliki. Semakin detail informasi yang Anda berikan, semakin mudah bagi pihak berwangan untuk melakukan penyelidikan.

Selain melaporkan ke pihak berwangan, Anda juga dapat menghubungi layanan sosial atau organisasi yang bergerak di bidang perlindungan lansia. Mereka dapat memberikan bantuan dan dukungan kepada korban, baik dalam bentuk konseling, bantuan hukum, maupun penempatan di tempat yang lebih aman.

Jangan lupa untuk berbicara dengan korban secara pribadi dan tanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Berikan jaminan bahwa Anda akan membantu mereka dan bahwa mereka tidak sendirian. Dengarkan cerita mereka dengan empati dan jangan menyalahkan mereka atas apa yang terjadi. 

Korban kekerasan seringkali merasa bersalah atau malu, sehingga perlu dukungan penuh dari orang-orang di sekitarnya.

Jika korban mengalami luka fisik, segera bawa mereka ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis. Luka fisik dapat menjadi bukti penting dalam proses hukum. Lalu, pemeriksaan medis juga dapat mengungkap adanya tanda-tanda kekerasan yang tidak terlihat secara kasat mata.

Libatkan keluarga dan teman-teman korban dalam memberikan dukungan. Mereka dapat membantu korban dalam berbagai hal, seperti mengurus kebutuhan sehari-hari, memberikan dukungan emosional, atau bahkan menjadi saksi dalam persidangan.

Jaga kerahasiaan identitas korban untuk melindungi mereka dari ancaman. Pelaku kekerasan seringkali berusaha untuk membalas dendam kepada korban atau keluarganya. Oleh karena itu, penting untuk menjaga privasi korban agar mereka merasa aman dan nyaman.

Pencegahan

Pencegahan kejahatan terhadap lansia merupakan upaya kolektif yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, hingga masyarakat luas. 

Upaya ini tidak hanya berfokus pada perlindungan fisik, namun juga mencakup aspek psikologis, sosial, dan ekonomi. Beberapa strategi pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:

Pertama, Pendidikan dan Sosialisas

Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kekerasan terhadap lansia melalui kampanye, seminar, dan penyebarluasan informasi melalui berbagai media. Pendidikan ini penting untuk mengenali tanda-tanda kekerasan, memahami dampaknya, serta mengetahui cara melaporkan dan mencegahnya.

Kedua, Penguatan Jaringan Sosial

Membangun jaringan sosial yang kuat di sekitar lansia, seperti kelompok dukungan sebaya, program kunjungan rumah, atau komunitas berbasis agama. Jaringan sosial ini dapat memberikan rasa aman, dukungan emosional, dan informasi yang dibutuhkan oleh lansia.

Ketiga, Peningkatan Akses terhadap Layanan

Memastikan lansia memiliki akses yang mudah dan terjangkau terhadap layanan kesehatan, sosial, dan hukum. Layanan-layanan ini meliputi pemeriksaan kesehatan rutin, konseling psikologis, bantuan hukum, dan program rehabilitasi.

Keempat, Perlindungan Hukum

Memperkuat perlindungan hukum terhadap lansia dengan membuat regulasi yang tegas dan efektif. Hukum yang kuat akan memberikan efek jera bagi pelaku kekerasan dan memberikan kepastian hukum bagi korban.

Kelima, Peningkatan Kualitas Perawatan

Meningkatkan kualitas perawatan di panti jompo atau lembaga perawatan lainnya. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pengawasan secara berkala, memberikan pelatihan bagi petugas, dan melibatkan keluarga dalam proses perawatan.

Keenam, Kolaborasi Antar Sektor

Membangun kerja sama yang erat antara berbagai sektor, seperti pemerintah, kepolisian, kesehatan, dan sosial. Kolaborasi ini penting untuk memastikan penanganan kasus kekerasan terhadap lansia secara terpadu dan efektif.

Ketujuh, Pemberdayaan Lansia

Memberdayakan lansia agar mampu melindungi diri sendiri dan mengakses bantuan yang mereka butuhkan. Pemberdayaan dapat dilakukan melalui pelatihan keterampilan hidup, pendidikan keuangan, dan peningkatan rasa percaya diri.

Kesimpulan

Kejahatan terhadap lansia, baik fisik, emosional, seksual, maupun finansial, merupakan masalah serius yang seringkali tersembunyi. Korban lansia seringkali merasa takut, malu, atau tidak berdaya untuk melaporkan kejadian yang mereka alami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun