Para Ulama dan tentara Pembela Tanah Air (PETA), 1364 H/1945 M, melancarkan perlawanan bersenjata terhadap imperialis Timur, balatentara Dai Nippon pelaksana konsep penjajahan Kekaisaran Shinto Jepang, menuntut kemerdekaan Indonesia berdasarkan Islam. Kiyai Zaenal Musthofa dari Singaparna, serta Kiyai Srengseng dan H. Madrias dari Indramayu kemudian mengangkat senjata, suatu perlawanan bersenjata yang pertama kali kepada Jepang.Â
Tuntutan Kiyai Zaenal Musthofa beserta sejumlah ulama lainnya belum terealisasikan, pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 dijatuhkanlah bom atom oleh tentara sekutu di kota Hiroshima dan Nagasaki, menjadikan Perang Dunia II dan Perang Asia Timur Raya berakhir. Ditandai juga dengan peristiwa menyerahnya Kaisar Hirohito pada 14 Agustus 1945 M. Setelah itu pada tanggal 17 Agustus 1945 M, Bung Karno dan Bung Hatta mendapatkan dukungan dari parama ulama untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
 Berkat perjuangan para ulama yang istiqomah secara terus-menerus, secara masif berkesinambungan, berakhirlah penjajahan imperialisme Barat dan Timur, pada 9 Ramadhan 1364 H, Jum'at Legi, 17 Agustus 1945 M, lahirlah negara Indonesia yang merdeka. Kemerdekaan yang dianugerahi ini terjadi pada awal bulan Ramadhan yakni bulan suci ummat Islam.Â
Oleh karena itu perjuangan para ulama beserta para santri untuk kemerdekaan terlimpah untuk segenap bangsa Indonesia, sehingga dirumuskan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 kemerdekaan bangsa Indonesia dirumuskan sebagai berkat Rakhmat Allah Yang Maha Kuasa.[8]
Sehingga Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia sangat bermakna bagi ummat Islam, para ulama dan santri yang terus berjuang membebaskan Indonesia dari penjajah Barat Portugis, Belanda dan Inggris serta penjajah Timur kekaisaran Shinto Jepang, akhirnya sampai pada puncak keberhasilannya.
Â
Resolusi Jihad Nahdhatul Ulama
 Proklamasi terjadi pada hari Jum'at 17 Agustus 1945, tepat pada 9 Ramadhan 1364, pukul 10.00 pagi. Dalam keyakinan ummat Islam proklamasi kemerdekaan merupakan anugerah yang tidak terhingga dari Allah Yang Maha Kuasa yang menjadikan berakhirnya penjajahan Barat dan Timur atas bangsa dan negara Indonesia.Â
Namun, dengan keberhasilan proklamasi bukan berarti hilanglah segenap lawan ulama, melainkan justru dihadapkan dengan tantangan baru yang semakin berat karena sudah menjadi kodrat perjuangan para ulama sampai kapanpun dan di manapun dipastikan akan bertemu dengan tantatangan baru.Â
Diawali pendaratan tentara sekutu Inggris yang membonceng tentara Kerajaan Protestan Belanda NICA, pada 29 September 1945 mendarat di Tanjung Priuk Jakarta. Pada awal proklamasi kemerdekaan para ulama tidak memperhatikan pergumulan masalah pemerintahan, para ulama menyerahkan kepercayaannya pada presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta.
 Datangnya tentara sekutu dengan niat ingin menjajah kembali bangsa Indonesia, para ulama berinisiatif mempersiapkan rakyat Indonesia untuk melakukan perlawanan demi membela proklamasi kemerdekaan.