“Menyebalkan!” rungut Vita begitu tiba di kantin kampus, tempat ia nongkrong bareng teman-temannya kalau sedang jam istirahat.
“Apanya yang menyebalkan, Vit?” tanya Rico sambil menarik kursi yang ada di depannya, lalu duduk di situ.
“Ujian barusan?” tebak Bayu, lalu duduk di kursi dekat Rico.
“Emang sih, gue juga hampir nyerah! Gila Bu Wita, ngasih soal ujiannya benar-benar kejam!” timpal Arya dengan penuh penghayatan. Yang lain malah ketawa.
“Setuju! Gue juga gak yakin, kalau gue bakal dapet nilai di atas 60%” Ifany pesimis, “Huuhh... ampyuunnn dech...” lanjutnya sambil manyun-manyun.
“Bukan! Bukan itu! Bukan tentang ujian!” kelit Vita menangkis semua tuduhan teman-temannya.
“So, what?! jadi Lo gak kesulitan jawab ujian barusan?!” tanya Ifany heran, tidak yakin kalau Vita bisa menaklukan soal ujian dari Bu Wita.
“Kalau soal ujian mah gak usah ditanya lagi, gue paling gak bisa! Udah soalnya kejam, pengawasnya killer lagi, mana bisa nyontek! Mati gue! Hahaha...” jelas Vita, lalu tertawa ngakak, teman-temannya ikut tertawa. Alhasil, meja mereka jadi paling gaduh. Tapi mereka tidak peduli.
“Berarti kita kompakan, ya... sama-sama jeblok!” simpul Rico.
“Iya dong, harus!” jawab yang lain serempak, masih dengan tawanya masing-masing.
“Eh, udah jangan ketawa mulu, sekarang mah kita pasrah saja, siapa tahu Bu Wita meriksanya sambil ngantuk. So, mudah-mudahan nilai kita yang harusnya 30 jadi 90, hahaha...” seloroh Rico, dan langsung disambut dengan tawa teman-temannya lagi.