“Husy! Sudah ah! Mau pesen apa nih? Kasian si Mbak nungguin pesanan dari tadi,” Ifany menengahi, sambil melirik si Mbak penjaga kantin.
“Gue, biasa aza Fan,” Rico pesan paling dulu.
“Gue juga” timpal Arya.
“Gue baso aza, tapi di yamin dan pake pedas yang banyak,” pesan Vita. Dan tanpa dikomando, semua mata teman-temannya langsung tertuju padanya. Menyadari hal itu, Vita segera meralat pesanannya, “Enggak deng, pedesnya dikit aza.” Vita memang punya masalah dengan perutnya, dan teman-temannya tahu banget tentang itu, maka, mereka sering mengingatkan untuk menjaga makanan, terutama yang pedas-pedas.
“Lo, Bay?” tanya Ifany pada Bayu yang belum pesan.
“Gue batagor kuah aza, pedesnya juga dikit.”
Setelah selesai mencatat semuanya, Ifany menyerahkan daftar pesanan itu pada si Mbak penjaga kantin, “Nih Mbak, gak pake lama ya?” si Mbak mengangguk, lalu meninggalkan mereka.
“Jadi apa yang Lo bilang menyebalkan tadi, Vit?” tanya Ifany mengulang pembicaraan mereka diawal, rupanya masih penasaran dengan apa yang akan diceritakan Vita.
“Pokonya nyebelin banget deh... iiihh!” jawab Vita ketus. Nada suaranya sedikit berubah.
“Iya, apa dong? Siapa tahu kita bisa bantu, ya gak teman-teman?” seru Rico sambil mengangkat-angkat alisnya, seolah meminta dukungan teman-temannya yang lain.
“Iya Vit, cerita dong!” Arya menimpali.