“Ayam?” Saya bertanya, “Kok ribut begini?” Heran.
“Iya, Mas. Hampir tiap malem begitu. Ribut, berisik. Kayanya mereka tidur di pinggir kamar kita.”
“Yang bener, De? Kok, Mas ndak tahu.”
“Ya jelas Mas ndak tahu, kalau tidur kan kaya kebo.”
“Emangnya ayam siapa sih, De?”
“Siapa lagi?! Tetangga kita sebelah kiri!”
“Bu Asep?”
“Iya.”
Saya penasaran, lalu beranjak ke belakang, dan memang benar, sekelompok ayam sedang nongkrong rame-rame di benteng pembatas tanah kami dengan Bu Asep. Lagi-lagi ayam-ayam itu yang jadi biang keroknya. Sepertinya ini bukan lagi urusan sepele, karena sudah mengganggu stabilitas keluarga.
Mau gak mau saya jadi mikirin ayam-ayam itu. Gimana caranya biar tidak jadi sumber meredupnya matahari di raut Istri? Hmmhh... Kasian juga, hari-harinya jadi disibukkan oleh hal yang sebenarnya bukan urusannya. Lalu, apakah yang punya ayam tahu, kalau selama ini ayam-ayamnya sering bikin masalah di rumah kami? Apakah tahu juga kalau kami jadi begadang malam ini karena terganggu suara ribut ayam-ayamnya? Mungkin sekarang mereka justru sedang tidur pulas! Sebel! Yang jelas, ini harus segera dihentikan!
***