Sebenarnya aku ingat betul siapa cowok itu. Karena hanya diayang memanggilku dengan panggilan Radish. Sementara teman-teman lainmemanggilku dengan panggilan Disha. Nama lengkapku, Radisha Eka Putria.
Ya, hanya Rifan yang memanggilku Radish. Tapi aku tidakpercaya kalau cowok yang sekarang ada di hadapanku adalah dia.Â
"Assalamu 'alaikum.Apa kabar, Rif?" Akhirnya aku memberanikan diri untuk menyapanya. Meskimasih belum yakin kalau dia adalah Rifan.Â
"Bagus, Lo masih inget gue?! Gue cuma pengen tahu kenapaLo gak bales e-mail gue ?! Heh! Sms gue?! Dan kenapa Lo balik gakbilang-bilang! Padahal jelas banget di e-mail, gue bilang, kalau Lo balik,kasih tau gue!" katanya dengan nada tinggi, jelas sekali kalau dia marah.
Degh, ada ribuan jarum menusuk-nusuk hatiku. Pedih. Membuatkusulit bernafas. Rifan, kok kamu jadi kasar gini sih? Ngomongnyapun sudah takteratur.Â
"Jawab!" bentaknya lagi.
 Aku tersentak, kaget.
Entah berapa pasang mata yang langsung menoleh ke arah kami.Dan entah apa yang ada di pikiran mereka. Yang jelas aku sangat malu. Belumsempat aku menguasai diriku yang benar-benat shock, tiba-tiba...
"Ikut gue!" kata Rifan sambil menarik tanganku. Akumerasa seperti penjahat yang tengah digelandang polisi. Aku berusaha melepaskan.Tapi cengkramannya begitu kuat.
"Rif, lepasin. Aku bisa jalan sendiri!" katakusambil terus meronta. Tapi ia tetap menarik tanganku.
Di dekat toilet ia berhenti. Tapi, tetap tidak melepaskantanganku. Disini memang agak tenang, tidak terlalu banyak orang.Â