"Kalian dapat berapa?". Tanya Tania sambil melihat ke arah kedua temannya. "kalo aku, seratus dua puluh ribu". Jawab Tommy sumringah. "Kalo aku, tujuh puluh ribu". Lanjut Ade sambil memperlihatkan hasilnya. "Yahh, kalian dapat hasil yang banyak, sedangkan aku Cuma segini". Ucap Tania sedih sambil memperlihatkan beberapa lembar uang dua ribu rupiah.
"Nanti aku pasti dimarahin sama om itu, kalo dapat hasil segini". Lanjut Tania dengan mata yang mulai berair. "Kamu gak usah khawatir Tania". Ucap Ade menenangkan. "Lihat, dia datang!". Tommy menunjuk ke arah pria yang sebelumnya bersama mereka. "Sini uang mu!". Sentak Ade sambil menukarkan uang hasilya dengan uang milik Tania. "Ade!". Ucap Tania terkejut dengan tindakan Ade barusan. "Diam saja". Tambah Ade, berusaha biasa saja.
"Mana hasil kalian!". Pria tersebut mendekat ke arah Ade dan teman-temannya, "Kamu yang namanya Tommy, mana hasil mu!". Ucap pria tersebut sambil menunjuk kearah Tommy. Tetapi Tommy tidak sedikitpun mengindahkan pria tersebut.
"SINI!". Sentak pria tersebut sambil mengambil paksa uang dari tangan Tommy, sedangkan Tommy hanya menunduk sedih. "Kamu Tania, mana uangnya!". Tania menyerahkannya dengan ragu-ragu. "hemm, lumayan". Ucap pria tersebut dengan sedikit tersenyum. "Kamu lagi!". Tunjuk pria tersebut kepada Ade. Perlahan Ade menyerahkan uang itu. "CUMA SEGINI, GAK MUNGKIN, PASTI KAMU SEMBUNYIIN KAN UANGNYA, AYO NGAKU!". Ucap pria tersebut sambil mengguncang-guncangkan tubuh Ade kasar.
"Pak hasil saya memang dapatnya segitu". Ucap Ade jujur, Tania sangat sedih dan merasa bersalah, itu semua karena dirinya. Sebenarnya hasil yang ia dapat tidak sesedikit itu, ia menggunakan uangnya untuk membeli makanaan dan minumaan.
PLAKK pria tersebut menampar Ade dengan sangat keras, tubuh Ade yang kecil ikut terkulai ke tanah, hingga tubuhnya membentur beberapa tumpukan batu bata. "Ade!". Pekik Tania terkejut sambil menangis tersedu-sedu. Ade mencoba untuk berdiri, tetapi ia merasa kaki kirinya sangat sakit dan sulit untuk bergerak. "Aww sakitt". Rintih Ade, sambil memegang pergelangan kakinya yang terlihat memar dan sedikit terluka.
"SAKIT, BIAR SEKALIAN MATI SAJA!". Ucap pria tersebut sambil tertawa, ia mengambil sebongkah batu-bata dan hendak menikam Ade.
BUKK pria tersebut pingsan dengan banyak rembesan darah segar yang keluar dari kepalanya. Kali ini Tommy berhasil menyelamatkan temannya dari pria jahat ini. "Ade kamu gak papa?". Tanya Tania yang segera menghampiri Ade dan membantuya untuk berdiri. Diikuti Tommy yang sedikit ketkutan setelah itu. "A-aku gak p-papa, kita harus cepat pergi dari sini, nanti om-om lainnya datang!". Ucap Ade sambil berusaha untuk berdiri dan di bantu oleh kedua temannya
. "Tapi bagaimana dengan teman-teman yang lain?". Tanya Tania, ketika mengingat teman-temannya yang masih terkurung. "Kamu gak usah khawatir, kita lari saja ke kantor polisi, baru kita laporkan semuanya, aku yakin mereka pasti bisa bebas". Ucap Ade, diikuti anggukan mantap kedua temannya.
"Kita sekarang dimana, disini sepi sekali". Ucap Tania sambil menahan tangisnya. "Iya disini sepi sekali, aku takut om-om itu datang lagi". Sambung Tommy yang terlihat menangis. "Sudah jangan sedih, ki_Aww, aduhh". Rintih Ade tiba-tiba. "Kamu kenapa Ade?!". Tanya Tommy terkejut. "Kaki ku tampaknya makin sakit". Ucap Ade disela rasa sakitnya. "Yaudah kita cari tempat istirahat aja". Usul Tania. "Jangan, kita harus jauh-jauh dari kawasan ini". Ucap Ade sambil melirik sisi kiri dan kanannya.
"Lihat disana ada mobil bak parkir!". Tunjuk Tommy bersemangat. "Apa itu mobil bak, bak?". Tanya Tania polos. "Itu loh, mobil yang kursinya Cuma ada dua, terus di belakangnya itu ada bak". Jelas Tommy. "Oh yaa". Balas Tania yang tampak masih berpikir. "Mending kita sembunyi bak itu aja". Usul Ade yang langsung di setujui oleh kedua temannya.
Mereka bersembunyi di sela-sela tumpukan kardus dan mengambil tempat untuk berbaring. "Kita tidur di sini aja, besok pagi kita cepat-cepat pergi, oke". Ucap Ade saat mereka mulai berbaring untuk menghilangkan lelah. "Aku rindu sama mama dan papa, pasti mereka sangat sedih karena aku tidak ada di rumah". Ucap Tania bersedih. "Aku juga hiks hiks". Sambung Tommy yang selalu menangis.