Titin mengangguk, tetapi Pak Fahrul memberikan tanda kalau kami sudah tak boleh pindah dari posisi duduk para mahasiswanya.
"Jangan terlalu membenci, siapa tahu nanti kamu mati-matian mencintaiku," ucap Romi dengan suara lirih.
***
Aku dan Titin segera mengemasi alat-alat tulis dan mau ke lesehan batagor.
"Eh...aku ikutan!" seru Romi.
"No!" Titin langsung mencegah Romi untuk mengikuti kami.
"Ayolah, Tin!"
"Nggak! Haura itu temanku. Kamu nggak bisa ganggu!"
Sementara Titin dan Romi sedikit berseteru, aku keluar kelas. Aku ingin bebas dari gangguan Romi.
Tak lama, Titin menyusulku yang sudah berjalan menuju lesehan batagor. Dia berjalan di sampingku, tanpa bicara. Kepalanya ditundukkan. Sesekali aku menoleh ke arahnya.
Setiba di lesehan batagor, kami memesan dua porsi batagor dan lemon tea.