"Aku nggak pernah bermimpi hidup berdampingan denganmu, Haura," suara lirih terdengar di telingaku.
"Terima kasih kamu menerimaku menjadi imammu," lanjutnya. Dikecupnya puncak kepalaku.
Jangankan dia, aku pun tak pernah membayangkan kalau bisa menjadi bagian hidup lelaki di sampingku. Lelaki yang didukung oleh Pak Fahrul ketika masih kuliah dulu.
Ya, aku kini sudah menjadi istri Romi. Mahasiswa yang sejak awal pertemuan sudah menyukaiku, menurut pengakuannya.
Pintu hati kubuka untuknya setelah aku dicaci-maki Titin, keesokan hari setelah Surya mengirimkan chat padaku. Akibat emosi Titin yang meluap, tanpa mengizinkan aku menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Dia menuduhku sudah merebut Surya.
Tuduhan itu dipercayai hampir semua teman seangkatan. Bahkan pelan-pelan menjadi buah bibir di fakultas.
Saat itu aku benar-benar tertekan. Untuk ke kampus saja rasanya malas karena sudah pasti akan menghadapi ucapan pedas dari warga kampus. Mereka tak mempercayai apapun penjelasan dariku. Sekalipun kutunjukkan chat dari Surya dan makian-makian yang aku tujukan pada kekasih Titin itu.
Aku jadi sering menyendiri. Di saat itulah Romi mau menemani dan mendengarkan aku. "Aku percaya kalau kamu nggak khianati Titin. Nggak usah dengerin mereka."
Romi-lah yang selalu memotivasiku hingga selesai masa studiku.
___
Branjang, 14 Desember 2024