"Aku rasa Anda nggak jahat. Kalau jahat, ngapain di musala?" sahutku.
Kami berjalan, hingga sampai di bibir pantai. Tanpa perbincangan lagi. Aku pun tak tertarik lagi untuk mengorek informasi dari Bima. Menemukan pemilik jejak misterius di pantai itu sudah cukup.Â
Kini aku tinggal menikmati suasana tenang di pantai, seperti biasanya. Sebelum aku menjalani rutinitas bersama para siswa.
"Kamu nggak kuliah?" Tiba-tiba suara Bima kudengar. Aku terkejut, tak menyadari kalau dia berada di belakangku.
"Aku sudah kerja."
"Nggak siap-siap?"
"Sebentar lagi."
"Kamu di sini..."
"Aku sering ke pantai ini. Ingin menikmati suasana hening dan udara bersih saja."
"Aku ke sini karena ingin meninggalkan jejak sepatu di pasir pantai. Sepatu yang kukenakan, pemberian tunanganku. Dia senang dengan suasana pantai seperti ini."
"Oh..."