Dadaku semakin sesak. Ternyata dua orang tua lain yang dipanggil dulu untuk mengambil rapor anak-anaknya.Â
Dengan lesu aku menuju meja Bu Ayu yang menyiapkan amplop besar bening warna biru. Beliau mempersilakanku duduk.
"Bagaimana Dian, Bu Ayu?" tanyaku, dengan pikiran ruwet.
"Baik, Pak. Cuma dia perlu banyak berlatih menulis rapi, ya!"
Aku mengangguk. Tak konsentrasi saat mendengar ucapan demi ucapan wanita di depanku itu. Terbayang kesalahan-kesalahan yang kuperbuat kepadanya. Tapi aku masih ragu, apa benar dugaanku, kalau wanita di depanku itu yang membuatku sering bermimpi buruk.
"Ada yang ingin Bapak sampaikan atau tanyakan?"
Kugelengkan kepala. Hatiku bimbang dan ragu untuk bertanya kepada Bu Ayu.
"Maaf, saya tanya di luar Dian, boleh?"
Guru Dian itu mengernyitkan keningnya.
"Maksud saya...eh... Apa Bu Ayu juga mengajar di SMP Mentari?"
Kulihat guru Dian itu tersenyum sambil menutup daftar penyerahan rapor.