Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Pak Kura-kura Menemui Pak Matahari yang Pemarah

13 Oktober 2024   14:57 Diperbarui: 21 Oktober 2024   17:19 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Koleksi Pribadi diolah melalui Microsoft Designer

"Ibu, aku haus! Huhuuuuu," teriak Citcit, anak Bu Pipit. Bu Pipit tentu sangat sedih karena Citcit mengeluh kehausan. 

Kejadian itu juga dialami oleh hewan lain yang tinggal di Hutan Hijau. Anak-anak beragam hewan haus dan rewel. Mereka menilai kalau Pak Matahari sekarang pemarah, makanya cuaca jadi panas. Sang ibu tentu sangat sedih dan bingung.

Penduduk Hutan Hijau sudah beberapa bulan merasakan sengatan matahari yang luar biasa. Pepohonan yang diharapkan bisa menyejukkan suasana hutan, tak membantu juga. Pepohonan layu karena kekurangan air. Akibatnya untuk menghasilkan udara segar atau oksigen bagi penduduk hutan juga sulit.

"Kita harus bagaimana?" tanya Pak Kancil.

Penduduk lain saling menatap satu sama lain. Pak Kancil yang biasanya cerdik dan bisa memecahkan masalah, ternyata tidak bisa memberikan solusi.

Penduduk lain seperti Pak Monyet, Pak Gajah dan lainnya berbincang di pos ronda hutan hijau.

"Bagaimana kalau kita minta bantuan Pak Kura-kura? Dia kan bijaksana, sabar dan pandai memberikan pengertian kepada kita. Mungkin dia bisa menemui Pak Matahari, agar Pak Matahari nggak semarah ini kepada kita," usul Pak Monyet.

"Tapi Pak Kura-kura itu sibuk sekali. Dia sering ada acara di tempat kerjanya," ucap Pak Jerapah.

Penduduk yang berkumpul di pos ronda mengiyakan ucapan Pak Jerapah. Pak Kura-kura memang sangat sibuk dan jarang berada di rumah. 

"Tapi nggak ada salahnya kalau kita menemuinya. Semoga dia bisa berbicara dengan Pak Matahari," ucap Pak Gajah.

Pak Kelinci menimpali, "Biar saya yang bicara dengan Pak Kura-kura. Kebetulan nanti saya mau ke sana karena mengambil pesanan."

"Benar begitu, Pak Kelinci?" tanya Pak Kancil memastikan kalau Pak Kelinci memang mau ke rumah Pak Kura-kura.

***

Sore harinya, Pak Kelinci ke rumah Pak Kura-kura. 

"Alhamdulillah Pak Kura-kura sudah sampai rumah," ujar Pak Kelinci.

Pak Kura-kura yang sedang bersantai di teras tersenyum.

"Iya, Pak. Ini baru santai. Silakan duduk," ucap Pak Kura-kura.

"Sebentar ya, saya ambilkan pesanannya."

Pak Kura-kura masuk ke dalam rumah dan membawa bungkusan dan menyerahkan kepada Pak Kelinci.

"Terima kasih ya, Pak," ucap Pak Kelinci.

Pak Kura-kura mengangguk. Sementara dari dalam rumah, Bu Kura-kura membawa minuman untuk Pak Kura-kura dan Pak Kelinci. Mereka pun mengobrol karena lama tak berbincang bersama. Termasuk usulan dari para penduduk Hutan Hijau yang meminta kepada Pak Kura-kura untuk berbicara dengan Pak Matahari. Pak Kura-kura tersenyum.

"Aduh, saya ini kalau jalan lambat, Pak Kelinci. Pasti lama untuk sampai ke tempat Pak Matahari," ucap Pak Kura-kura, sambil menyebutkan warga yang bisa cepat kalau berjalan atau berlari.

"Pak Monyet sama Pak Kancil memang cepat kalau bergerak, Pak. Tapi mereka sadar kalau sering bicara yang ceplas-ceplos. Khawatirnya nanti Pak Matahari malah semakin marah dan cuaca semakin panas."

Pak Kura-kura menyimak penjelasan Pak Kelinci.

"Kalau Pak Kura-kura itu kami nilai sabar dan bicaranya sopan. Bijaksana, begitu. Pasti Matahari nggak akan marah kalau dengar penuturan Pak Kura-kura."

Pak Kura-kura tersenyum.

"Bagaimana, Pak Kura-kura? Apakah bisa membantu penduduk hutan?"

Pak Kura-kura terdiam beberapa saat. Dia tampak berpikir.

"Baiklah, Pak Kelinci. Saya akan coba bicara dengan Pak Matahari. Semoga saya bisa membantu."

***

Keesokan paginya, Pak Kura-kura berangkat ke tempat Pak Matahari berada. Keberangkatan Pak Kura-kura dilepas banyak penduduk Hutan Hijau. Mereka menyampaikan harapan agar perjalanan Pak Kura-kura selamat dan membawa kebaikan untuk lingkungan Hutan Hijau dan penduduknya.

Dengan pelan, Pak Kura-kura berjalan. Dalam hatinya terpanjatkan doa, agar dia bisa membantu penduduk Hutan Hijau.

Setelah setengah hari berjalan, akhirnya Pak Kura-kura sampai di tempat Pak Matahari berada.

"Ada apa, Pak Kura-kura? Siang begini ke sini," ucap Pak Matahari, menyambut kedatangan Pak Kura-kura.

Pak Kura-kura tersenyum dan duduk tak jauh dari Pak Matahari.

"Iya, Pak Matahari. Anda sendiri sedang apa?"

Pak Matahari menatap Pak Kura-kura dengan senyuman.

"Saya ya kerja setiap hari untuk menghangatkan bumi dan seisinya, Pak Kura-kura."

Pak Kura-kura mengangguk.

"Pak Matahari, saya boleh cerita nggak?"

Matahari mempersilakan Pak Kura-kura untuk bercerita.

"Teman-teman di Hutan Hijau sekarang kekurangan air, Pak Matahari. Anak-anak banyak yang kehausan. Mereka rewel dan nangis-nangis. Cuaca sangat panas. Pohon-pohon juga banyak yang layu. Nggak ada udara segar dan sejuk."

Pak Matahari tampak terkejut.

"Begitukah?"

"Iya, Pak Matahari."

Pak Matahari tampak terdiam.

"Anak-anak di Hutan Hijau mengeluh kalau Pak Matahari marah sama mereka. Meski orang tuanya mengatakan kalau sekarang memang baru musim kemarau."

"Apa benar begitu yang dikatakan anak-anak?"

Pak Kura-kura mengangguk.

"Pak Kura-kura, saya nggak bermaksud untuk membuat kalian susah begitu. Saya hanya senang menampakkan cahaya biar semua bisa merasakan kehangatan saya."

Pak Kura-kura diam, menyimak ucapan Pak Matahari.

"Saya paham, Pak Matahari. Namanya juga anak-anak, kalau bicara ya begitu," ucap Pak Kura-kura kemudian.

Pak Matahari mengangguk.

"Baiklah, Pak Kura-kura. Saya akan kurangi pancaran sinar dan panas, biar nggak menyusahkan kalian."

Pak Matahari terdiam sejenak.

"Tapi kalian harus janji untuk menjaga kelestarian alam. Ajaklah manusia untuk bicara, biar nggak merusak alam. Biar ada penguapan dari bumi dan di sini ada pembentukan awan dan bisa turun hujan."

Pak Kura-kura mengangguk dan mengucapkan terimakasih kepada Matahari. Tak lama kemudian, dia berpamitan kepada Pak Matahari.

"Sampaikan salam untuk penduduk Hutan Hijau dan para manusia di bumi ya, Pak Kura-kura. Jangan lupa pesan saya tadi," ujar Pak Matahari.

___

Branjang, 13 Oktober 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun