"Aku serius. Kamu kayak nggak kenal aku saja," jawabnya santai.
"Kenal sih kenal. Tapi mbok ya kamu itu permisi dulu. Minta izin dulu kalau mau nyimpen nomor dan ke rumahnya. Bikin dia kaget dan marah."
Lagi-lagi dia tertawa. Kalau dia di depanku pasti sudah kuhajar.Â
"Oh. Dia marah ya?" tanyanya.
"Iya. Sekarang dia di rumahku. Dia kesal sama aku juga. Tahu!"
"Kalau begitu, kasih teleponnya ke dia," ucapnya.
Kau memberikan teleponnya padaku.Â
"Nggak mau!" jawabku ketus.
Mau tak mau kau kembali bicara dengan temanmu.
"Denger sendiri 'kan? Dia marah. Nggak cuma ke kamu. Tapi juga ke aku," protesmu.
"Ya gimana lagi. Sudah terlanjur 'kan, Fidz. Lagipula, aku tak perlu minta izin kamu. Kayak kamu orang tuanya saja," ledek Eka.