"Ngasih tahu apa, Bu?"Â
"Ada deh! Sudah, kamu berangkat sana. Pasti temen-temenmu sudah nungguin kamu," ujar ibu.
"Siap, Bu!" Ucapku sambil memposisikan tanganku seperti saat hormat kepada pembina upacara di sekolah. Kukira ibu punya rencana untuk penampilanku saat pesantren Ramadan besok tanggal tiga dan empat.
***
Tanggal tiga April. Sesuai yang direncanakan ibu untuk pakaianku saat lomba di pesantren Ramadan, aku menerimanya dengan senang hati. Tentu kalian penasaran kan, apa rencana ibu?
Oh iya, aku belum mengatakan kepada kalian ya? Ibu ternyata mencari ide untuk pakaian muslimku. Biar tidak membeli pakaian baru hanya untuk kegiatan lomba.
Oleh ibu, gamisku yang sudah congklang, akan dijadikan pakaian tunik. Terus dipadukan dengan celana dengan warna senada.Â
Tentu saja ibu membantuku untuk merapikan pakaian dan jilbabku. Biar modis tetapi tetap rapi dan sopan. Ternyata, hasilnya tidak begitu mengecewakan!Â
Ibu pandai memadupadankan pakaian, celana panjang dan jilbabku. Aku sangat percaya diri karenanya. Tak kupikirkan bagaimana hasil lomba berbusana muslimah nantinya. Yang penting, aku ikut saja lombanya.Â
***
Tanggal empat April di halaman sekolah. Saat jelang buka puasa bersama di sekolah, kami mendengarkan pengajian dari ustadz Ikhrom. Kata Bu Erma, ustadz Ikhrom itu pandai mendongeng. Dan aku membuktikan sendiri. Ustadz Ikhrom memang pandai mendongeng.Â