"Ibu carikan ide ya, Ais. Kamu nggak usah kesal begitu. Nanti puasamu sia-sia lho. Dapatnya cuma lapar dan haus kalau nangis dan kesal begitu. Sabar ya, nak!"
Aku menghempaskan tubuh ke kasur. Aku lelah dan kesal. Kukira lebih baik aku tidur saja.
***
Bangun dari tidur siang, aku bersiap menuju ke masjid kampungku. Mau takjilan bersama teman-teman. Tadi aku sudah janjian sama Rara, Vigi, dan Yuena untuk berangkat bersama.
Aku mengambil handuk di tempat jemuran. Pakaian sudah siap di tangan. Aku mau mandi dulu terus mau shalat Asar. Barulah aku akan ngampiri Rara, Vigi dan Yuena.Â
Setelah mandi, aku berjilbab dan mengisi botol minumku. Kuambil tas juga untuk membawa mukena dan Alquran. Dengan riang gembira aku keluar dari kamar dan berpamitan kepada ibu yang sedang memasak di dapur.Â
Kulihat ibu sedang meracik sayuran. Sementara di sampingnya ada santan yang sudah diperas dari kelapa parutan. Aku tak tahu, ibu mau memasak apa.
"Ibu, aku takjilan dulu ya!"
"Iya, hati-hati ya, nak!"
"Oke, Bu! Assalamualaikum!" Aku menyalami tangan ibu dan mencium tangannya.
"Wa'alaikum salaam. Nanti pulang dari takjilan, ibu kasih tahu sesuatu ke kamu ya, nak!"