"Pakaianku kekecilan semua, buuuu!" Aku berteriak di samping ibu. Mendengar ucapannya, ibu tertawa kecil.
"Jelas pakaianmu kekecilan, Ais. Wong ya kamu tambah gede begini. Makan kamu juga banyak kan?"Â
"Iya, Bu! Tapi aku ke sekolahnya mau pakai yang mana?"
"Ke sekolah ya pakai seragam dong, Ais," ujar ibu dengan suara lembut.
"Iiihhh, ibu! Tanggal tiga dan empat April itu ada lomba berbusana muslimah yang rapi. Aku mau ikutan, tapi malah pakaian kesukaanku kekecilan semua".
"Sebentar. Jadi, sekolah mau ada lomba di bulan Ramadan ini?" Tanya ibu. Aku mengangguk.
"Memangnya lombanya cuma satu itu? Nggak ada lomba lainnya?" Selidik ibu.
"Ada. Lomba adzan sama hafalan surat pendek, Bu," jawabku dengan lesu.
"Ibu paham sekarang. Kamu nggak bisa lomba adzan sama hafalan ya?"
Aku tak menjawab pertanyaan ibu. Aku yakin ibu tahu kalau aku kesulitan menghafal surat-surat pendek. Ibu sering menyimak hafalan surat pendek yang ditugaskan Bu Erma. Jadi ibu tahu kemampuan hafalanku.
Aku menangis. Sementara ibu merapikan pakaianku dan meletakkan di lemari pakaianku. Setelah itu ibu keluar dari kamarku setelah mengusap punggung dan mencium keningku.