"Beruntunglah kalau kau sedih lalu bertemu hujan. Kau bisa menyembunyikan air mata di sana saat sedih," kalimat itu kuingat. Tapi entah dari siapa.Â
Dan aku sangat menikmati hujan deras yang mengguyur kota Yogyakarta. Hingga banjir di beberapa titik kota menyebabkan beberapa motor jatuh karena pengendara kurang hati-hati dalam berkendara.
Kulajukan motor bebekku dengan pelan. Tanpa mantel atau jas hujan yang melindungi tubuhku dari serbuan hujan.
Ya...setidaknya aku sudah lega. Menangis bersama hujan. Setengah jam. Perjalanan kala hujan terasa sangat lama. Karena kalau tidak hujan paling-paling hanya membutuhkan waktu 15-20 menit dari kampus sampai perumahan orangtuaku di kawasan Bantul.
***
"Mbak Ririk, ada kiriman paket. Belum kubuka!" Teriak Maya. Aku tengah membersihkan badanku. Mandi keramas wajib kulakukan sehabis kehujanan. Biar tidak masuk angin.
"Ah ..pasti undangan dari Dagni," batinku.
Aku segera berganti pakaian. Keluar dari kamar mandi, Maya menyerahkan paket yang dimaksud.Â
"Cieh... dari mas Dagni .. uhuyyyy!" Teriak Maya.
Kugelengkan kepala melihat tingkah laku sepupuku itu. Sementara paket tipis dari Dagni kupegang. Aku menimbang-nimbang untuk membukanya. Aku masih shock dan sedih dengan ucapan Dagni tadi.
Ternyata Dagni sudah mau menikah. Dan kesimpulanku, aku terlalu pede dan banyak berharap Dagni yang setia mengawalku di jalan saat Senin pagi, akan menjadi pengawal dan menjagaku selamanya.Â