Jantungku berdegup kencang kala hendak menyalami Rian. Penampilan Rian lain dari biasanya.
**
Acara lamaran hendak dimulai.
"Sebelum acara dilanjutkan, izinkan saya bicara dengan Ira, pak..." Rian meminta izin kepada kedua orangtuaku dan semua yang ada di ruang tamu.
Hatiku tidak karuan. Perasaanku tidak enak. Namun aku ikuti langkah Rian yang telah keluar dari ruang tamu.Â
Rian mengambil tempat di kursi teras. Aku duduk di sampingnya.Â
Lama Rian terdiam. Aku menjadi bingung dengan sikapnya. Dengan ragu aku memulai berbicara.
"Mas mau bicara apa?"
Rian menghela nafas.Â
"Ir, hidup berumah tangga itu tak hanya untuk satu dua hari. Tak hanya menyatukan lelaki dan perempuan..."
"Iya, mas..."