"aku tak sinis. Aku hanya.."
"hanya apa ?" dia memotongku tiba-tiba. "Kau kira aku yang berpendidikan akan meninggalkan keluarga dan masyarakat untuk menyeberang dan menjadi pelayan restoran atau penghibur lelaki bejat di bar ? atau mengabarkan kejelekan sistem di negaraku di televisi dan media sosial ?"
"dan jika kau memilih bertahan pun aku hormati, tak ada yang melarangmu".
"kau harus tahu bahwa tidak semua orang berpendidikan tinggi dan telah melihat dunia dengan luas akan tertarik untuk mengikuti jalur mereka. Kumemilih untuk tinggal bersama orang-orang tercinta dan jika suatu saat terjadi perubahan besar biarlah kami mengalaminya bersama."
"tak ada yang meragukan rasa patriotikmu dan orang-orang di sini."
"lalu di mana rasa patriotikmu?" pertanyaan ini menusukku dalam-dalam. Ku telah lebih dari 5 tahun tak pulang ke tanah air dan rindu yang menghantui.
"aku dulu punya rasa patriotik, namun sekarang sepertinya ku telah sengaja banyak melupakan itu. Seharusnya aku pun menanyakan rasa patriotikku." Tiba-tiba kau merasakan penyesalan yang mendalam.
"pulanglah dan beritahukan kepada orang-orang yang ingin tahu keadaan kami. Kami tak selalu seperti yang dikabarkan. Setiap orang memiliki cerita dan nasib yang seharusnya bisa dipertimbangkan daripada kepongahan suatu sistem."
Aku menyadari bahwa banyak orang asing yang penasaran dengan kehidupan mereka hanya berani mengkritik sambil mendokumentasikan kehidupan mereka tanpa pernah memahami bagaimana suara-suara dari setiap orang yang berada di sini. Â
Baru kali ini dan tak kusangka aku bertemu seorang gadis cantik dengan pendirian kokoh, tak lantas cengeng dan merengek dengan keadaan dan sistem yang mengekang. Mungkin kecantikannya akan berkurang jika ia merengek minta-minta dan selalu protes.
"apakah aku bisa pulang ?" tanyaku bercanda.