Mohon tunggu...
Johara Masruroh
Johara Masruroh Mohon Tunggu... Guru - Teacher and mother of two kids

Reading and writing are my remedy.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suamiku Jatuh Cinta Lagi

26 Agustus 2021   16:08 Diperbarui: 26 Agustus 2021   16:08 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tersedu sendirian, sedang Mas Ilman hanya menatapku dari kursi yang sedari tadi didudukinya. Dia hanya diam, padahal yang kuinginkan ialah dia mendekat dan memberiku pelukan. Aku akan memberinya kesempatan jika dia menarik kalimatnya kembali. Bisa jadi kekasihku itu terlalu cepat mengambil keputusan tanpa berpikir panjang.

*******************

Sejak hari itu semuanya berubah. Aku tak lagi bisa menatap suamiku meskipun hati sangat menginginkannya. Kubiarkan Mas Ilman menyiapkan kebutuhannya sendiri dan kufokuskan mengurus Raffi. Permintaan maafnya yang selalu kutunggu tak kunjung kudengar dan itu menjadikan kami semakin jarang bicara.

            "Aku menunggu jawabmu, Yul. Tolong jangan diamkan aku seperti ini. Aku tahu aku salah, tapi tegakah kau melihatku berbuat lebih salah lagi? Aku mohon pengertianmu."

Mas Ilman membuka percakapan ketika aku membukakan pintu untuknya sepulang kerja. Aku tak sangup menjawab apa pun. Lebih tepatnya aku merasa muak dengan permohonan semacam itu. Kutinggalkan Mas Ilman yang masih mematung di depan pintu.

            "Yul, ini permintaan terakhirku. Entah kau suka atau tidak. Aku tetap akan menikah lagi," katanya.

Seketika langkahku terhenti. Dadaku mulai sesak. Kupikir dengan diam, Mas Ilman akan mengerti bahwa ada luka di hatiku yang perlu ia sembuhkan. Kupikir Mas Ilman akan peduli pada keluarga kecilnya dan memikirkan ulang niatnya. Aku memberinya waktu beberapa hari ini dan ternyata sia-sia. Kutata batin seraya menghadapkan tubuhku padanya. Telah kupikirkan jawaban dengan matang jika memang itu yang ia pinta.

            "Lakukan yang Mas mau," jawabku tegas.

            "Kau merelakanku dengan ikhlas untuk berbagi?" Mas Ilman mendekatiku dengan tangan terbuka seolah memanggilku ke dalam peluknya. Aku masih berdiri di tempatku dan sekuat tenaga kukatakan apa yang memang menjadi keputusanku. Suaraku hampir tak bisa keluar karena terasa segumpal duri menyesaki tenggorokan.

            "Aku ingin kita berpisah. Biarkan aku bersama Raffi."

            "Kamu jangan semaunya sendiri, Yul. Tidakkah kau memikirkan masa depan Raffi? Jaga cemburumu itu demi anak kita!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun