Bertolak dari yang diacu R.M. Ng. Poerbatjaraka, Sejarah Seni Budaya Jawa Barat, yang disusun oleh Tim Penulisan Naskah Pengembangan Media Kebudayaan Jawa Barat, diterbitkan oleh Dep. P & K, Jakarta, 1977, mengatakan, bahwa bahasa terpakai dalam kerajaan Tarumanagara adalah bahasa Kwunlun. Barangkali yang dimaksud adalah Kunglun. Dalam Bahasa China, kata ini berarti ‘perbincangan resmi.’
Catatan:
公論 gonglun (Hokkien: konglun) bermakna harfiah gagasan umum.
Kehidupan dengan air, kita mulai dari sawah. Dalam bahasa Sunda, ngawuluku berarti ‘membajak sawah,' yaitu wuluku disertai awal kata kerja nga. Dalam bahasa China, wu-lu-ku berarti, wu adalah lima; lu adalah bajak; dan ku adalah jenis padi-padian, maksudnya adalah lima jenis padi-padian yang harus dibajak dulu sebelum dituai.
Catatan:
五犁稻谷 wuli daogu, disingkat 五犁谷 wuligu (Hokkien: gole tiukok atau goloe tiukok, disingkat golekok atau goloekok).
谷 gu (Hokkien: kok) sendiri berarti lembah, bukan padi, namun dalam frasa 稻谷 daogu (padi + lembah = padi-padian) yang didahului 五犁wuli terjadi penyingkatan menjadi 五犁谷 yang bermakna lima jenis padi-padian yang dibajak.
Memang penyingkatan istilah baik dalam bahasa Mandarin, Hokkien, dan Jepang harus memerhatikan konteksnya agar dipahami dengan benar.
Contoh:
Dalam bahasa Jepang, Universitas Tokyo disebut 東京大学 toukyou daigaku, yang bisa disingkat menjadi 東大 toudai saja. Makna harfiah 東京大学 toukyou daigaku adalah timur + ibukota + besar + sekolah = Universitas Tokyo. Jadi, jika tidak mengacu ke konteksnya, makna 東大 toudai akan sangat berbeda, yaitu "besar timur."
Penyingkatan istilah ini tentunya mengikuti kaidah dan pemahaman Mandarin, misalnya Universitas Peking disebut 北京大学 beijing daxue, disingkat 北大 beida
Cara tradisional membajak sawah, dilakukan dengan bantuan kerbau. Pada saat kerbau menarik alat bajak, maka biasanya petani-petani di Jawa Barat meneriakkan “Kia!” kepada kerbaunya itu. Barangkali itu hanya sekadar teriakan tak ada arti. Tetapi, kalau kata ini dilihat dalam bahasa China, artinya adalah 'gerakkan' atau 'kerjakan.'
Catatan:
Kata 走 zou (Hokkien: kia, chau) memiliki banyak makna, dalam konteks ini "kia" bermakna "ayo jalan, ayo bergerak."
Sekarang, bayangkan, bahwa setelah membajak, petani itu mencuci kaki dan muka. Dalam bahasa Sunda, mencuci kaki adalah seka. Ini sama dengan bahasa China, si-ka. Lalu, mencuci muka, dalam bahasa Sunda sehari-hari adalah sibeungeut. Ini sama dengan bahasa China, si-bing-e.
Catatan:
洗腳 xijiao (Hokkien: sekha) bermakna mencuci kaki. Karena kebiasaan orang China zaman dulu mencuci kaki dengan menyapu-nyapu (menggosok-gosok, mengusap-usap) dengan kain dan sebagainya supaya bersih (kering), dalam bahasa Indonesia kata "seka" malah mengalami makna meluas menjadi menyapu-nyapu (menggosok-gosok, mengusap-usap) diri dengan kain dan sebagainya supaya bersih (kering) https://kbbi.web.id/seka
洗臉/洗脸 xi lian (Hokkien: sebin) bermakna mencuci muka.