Itu penting.
Namun yang terlewatkan adalah bagaimana sahabat guru bisa memanfaatkan momen pertemuan pertama itu untuk mulai mengenali karakteristik murid.
Mengenal murid atau dalam bahasa pedagogik 'Mengenal Karakteristik Peserta Didik' merupakan salah satu kompetensi guru yang paling penting. Â
Sahabat guru, kita tahu bahwa murid-murid kita adalah sekelompok manusia yang di satu sisi seringkali berbagi karakteristik yang sama, remaja, pubertas, solidaritas sebaya yang tinggi, namun di sisi lain, dibalik warna seragam mereka yang sama, mereka tak pernah satu corak, mereka tak pernah satu warna, mereka unik dan berbeda-beda.
Murid A dan murid B adalah dua individu yang sama sekaligus berbeda.
Murid-murid kita bisa jadi sama dan setara dalam beberapa hal besar, kita sebut kesamaan dan kesetaraan ini dengan karakteristik kolektif. Karakteristik kolektif ini lebih berbicara tentang keseragaman dibandingkan perbedaan individu. Beberapa item yang membuat murid-murid kita sama di antaranya dilihat dari karakteristik perkembangan, dan karakteristik tingkatan umur
Para pakar psikolog pendidikan menyajikan referensi yang panjang terkait hal tersebut, yang perlu kita lakukan adalah membacanya. Â
Sehingga sebagai contohnya, kita mengetahui bahwa sebagian besar murid kelas 7 SMP, rentang umur 12 sampai 13 tahun, berbagi karakteristik fisik, karakteristik sosial,karakteristik emosional, dan karakteristik kognitif tertentu, sesuai karakteristik perkembangan dan tingkatan umur mereka.
Personally, rasanya agak unik untuk mengamati fenomena perkembangan murid-murid transisi masa kanak-kanak ke remaja awal tersebut.
Mungkin sahabat guru sempat menerima keluhan dari orang tua murid yang anaknya baru menyelesaikan semester pertamanya di SMP, bahwa capaian hasil belajarnya menurun.
 Kita lumrah berpendapat bahwa faktor utamanya adalah perbedaan kurikulum. Di sekolah menengah pertama, sang anak berkenalan dengan lebih banyak guru, mempelajari lebih banyak mata pelajaran, mengikuti jam sekolah yang lebih panjang, mengikuti kegiatan ekskul yang tidak terbiasa mereka alami di sekolah dasar.
Tapi ada juga, saya yakin diantara sahabat guru semua yang menyalahkan fenomena pubertas. 'Pak, Bu, penurunan capaian akademik putra dan putri Bapak-Ibu adalah karena anak Bapak-Ibu sedang 'puber'.