“Hei Jon-ku yang malang, kangen tahu”, balasmu.
Kamu bangkit dari kursimu dan memelukku barang sebentar. Sesaat kemudian kamu kembali ke ke kursimu. Aku mengambil kursi yang lain. Kita duduk berhadapan. Sekian detik kita saling menatap, terdiam, dan kemudian saling tersenyum.
“Eih gimana kabar?”, tanyamu.
“Baik, and you?”, tanyaku balik.
“I’m fine, thank you..ha..ha..”, lanjutmu, “Oya, mau pesen apa nih?”
“Es teh tawar sajalah aku.”
“Sudah delapan tahun, seleramu masih gitu-gitu aja: ES TEH! Hmmm…”
“He.. hee .. es teh tawar itu mengingatkan bahwa terkadang hari-hari kita terasa begitu hambar dan datar-datar saja, bahkan cenderung pahit,”, lanjutku, “Namun sebagaimana es teh tawar, jika kita bisa menikmati setiap tegukannya, segalanya tetap akan terasa segar dan menyegarkan”.
“Halah.. kamu mah pandai kalau bermain kata-kata. Hei mbak, kesini sebentar dong”, pintamu sembari melambaikan tangan kepada mbak-mbak waitress.
Mbak-mbak waitress dengan senyumnya yang ranum pun segera mendatangi kamu.
“Mbak, hot chocholate-nya satu, es teh tawarnya satu, french friesnya satu, sama serabi-nya juga ya Mbak”.