Papanya, Aditya adalah seorang pengusaha kayu. Mamanya, Clarissa Mahadewi adalah seorang ibu dan istri yang bijak dan selalu memperhatikan kebutuhan rumah tangga. Keluarga mereka begitu bahagia. Benar-benar tampilan keluarga idaman dan harmonis yang selalu dipuji. Paling tidak itulah kenangan indah yang terukir dihatinya sebelum kemudian Namira dipindahkan ke Singapura untuk melanjutkan studinya pada usia 8 tahun.
Di Singapura, Namira tinggal dengan Tante Siska, adik mama dan Om Ari yang tidak memiliki anak. Setahun sejak kepindahan, bila dia telepon pulang kerumah, sering terdengar suara tengkar papa mamanya. Lalu telepon tiba-tiba diputus. Namira masih terlalu kecil untuk memahami kejadian itu lalu diapun bertanya kepada tante Siska. Tante Siska hanya bilang beda pendapat lalu bertengkar, itu wajar saja bagi pasangan menikah. Begitu juga papa mamanya.
Tante siska meminta Namira fokus pada studinya dan jangan berpikiran aneh-aneh. Namira menuruti. Dia pun jarang pulang ke Medan. Ada saja alasan Tante Siska untuk menahan dia di Singapura. Dia baru pulang saat menyambut kelahiran adiknya, Cecil. Dan ketika menerima berita tentang kondisi papanya yang tengah sekarat karena radang paru-paru tahun lalu.
“Mamaku, Clarissa Mahadewi adalah perempuan hebat yang pernah kukenal. Dia begitu tegar dan kuat.”lanjut Namira.
“Saya baru mengetahui luka batin yang diderita mama lewat catatan yang tak sengaja kutemukan di lemari pakaian mama tepat mengenang 1 tahun kematian kematian papa. Sebuah kebenaran yang selama ini disembunyikan dariku,” ucap Namira menghapus air matanya.
Dia mengeluarkan sebuah buku bercover kain flannel dengan judul CATATAN HATI SEORANG ISTRI. Itu adalah diari mama. Diari itu masih tampak baru dan hanya beberapa lembar yang tertulis.
Namira membuka lembaran pertama dan mulai membaca di hadapan audiens.
Apa lagi yang tersisa hari ini kecuali nafas yang masih berembus ?
Tuhan, izinkan aku berarti dalam sisa nafas ini untuk semua orang yang kucintai di dunia ini agar tiada penyesalan membayangi saat aku melangkah menuju rumah-MU. Karena hidup hanyalah serangkaian kisah-kisah. Hidup akan terus berlanjut, meski ada atau tidaknya aku. Tapi biarkan kisah ini terus hidup demi kebahagiaan orang-orang.
Aditya semakin berubah sejak bisnis usaha kayunya sepi karena isu illegal logging. Dia selalu pulang larut, mulutnya kerap tercium bau alkohol juga ada bekas lipstick kutemukan di kerah baju.
Pertengkaran-pertengkaran makin kerap terjadi. Dari cerita salah seorang rekan bisnis yang bersimpati, aku diberitahu Aditya memiliki perempuan simpanan, seorang wanita penghibur yang sering ia kencani. Itu bukan yang pertama kali. Sebelumnya ada juga wanita lain yang digosipkan berkencan dengan Aditya. Namun Aditya selalu berkelit mereka hanyalah rekan bisnis, tidak ada hubungan khusus.