Kecepatan dan kemudahan transaksi digital telah membuat konsumen lebih cenderung untuk melakukan pembelian tanpa pertimbangan yang matang. Mereka juga lebih rentan terhadap godaan penawaran dan promosi, yang dapat mengarah pada pembelian yang tidak perlu.
Selain itu, penggunaan kartu kredit digital dan layanan pinjaman online telah membuat konsumen lebih mudah mengakses kredit. Hal ini dapat mendorong peningkatan utang konsumen jika tidak dikelola dengan bijak. Kemudahan mengakses kredit juga dapat meningkatkan perilaku konsumtif karena konsumen cenderung lebih boros ketika mereka merasa memiliki "uang ekstra" dalam bentuk kredit yang tersedia.
Dengan kemudahan akses berbelanja online yang semakin meningkat, didukung oleh penggunaan digital payment dalam aplikasi belanja seperti marketplace Shopee. Sistem digital payment ini merupakan alternatif yang berbeda dari pembayaran tunai yang telah ada sebelumnya, seperti transfer antar bank melalui ATM, penggunaan kartu debit, atau uang elektronik (e-money) (Ramadani, 2016:1).
Selain itu, perkembangan pembayaran non-tunai saat ini semakin canggih, dimanfaatkan dengan baik melalui fasilitas internet untuk memudahkan penggunaannya. Sebagai hasilnya, masyarakat sekarang hanya memerlukan perangkat gadget Android atau IOS yang terhubung dengan internet untuk melakukan transaksi pembayaran dengan mudah (Ridwan, 2018).
Sehingga konsumen dapat dengan cepat mengakses aplikasi belanja dan melakukan transaksi hanya dengan beberapa ketukan di layar smartphone mereka. Hal ini mengurangi hambatan fisik yang biasanya terkait dengan berbelanja di toko fisik, seperti harus pergi ke toko, mengantri, atau membawa uang tunai. Kemudahan ini membuat konsumen lebih rentan terhadap tindakan berbelanja impulsive, perilaku konsumtif dan compulsive buying disorder.
Bagian 4: Upaya Pengendalian Perilaku Konsumtif
Perilaku konsumtif terjadi karena kurangnya pengendalian diri individu, yang melakukan pembelian hanya untuk mencapai kepuasan maksimal dan meningkatkan prestise untuk menunjukkan status sosial mereka. Jika perilaku ini tidak dikelola dengan baik, keinginan untuk berbelanja online terus muncul, sehingga intensitas belanja online pun meningkat. Individu dengan pengendalian diri yang baik seharusnya mampu mengontrol cara mereka berbelanja berdasarkan kebutuhan, bukan hanya untuk memuaskan keinginan, dan mereka lebih tidak mudah tergoda oleh diskon atau penawaran besar. Selain itu, pengelolaan keuangan yang efektif dan rasa percaya diri juga diperlukan. Pengendalian diri memungkinkan individu untuk berpikir atau berperilaku lebih tujuan (Duckworth et al., 2016).
Individu dengan pengendalian diri yang rendah seringkali sulit menentukan konsekuensi dari tindakan mereka, sedangkan individu dengan pengendalian diri yang tinggi cenderung mempertimbangkan perilaku yang sesuai dalam berbagai situasi (Chita et al., 2015). Pengendalian diri memiliki dampak positif, seperti pelajar yang mampu mengelola keuangan dengan membelanjakan uang sesuai kebutuhan mereka dan merasa lebih percaya diri dalam penampilan mereka. Islam juga mengajarkan pentingnya pengendalian diri sebagai bagian dari ketabahan tertinggi. Menurut Al-Jauziyah (2013), tingkat ketabahan yang paling tinggi adalah menjauh dari hal-hal yang dilarang, dan yang paling parah adalah menjauh dari sesuatu yang populer."
Beberapa Upaya yang dapat dilakukan, antara lain:
* Meningkatkan literasi keuangan
Literasi keuangan yang baik dapat membantu masyarakat untuk membuat keputusan keuangan yang tepat. Masyarakat yang memiliki literasi keuangan yang baik akan lebih bijak dalam membelanjakan uangnya.