Aku menatap interior kereta. Kereta yang aku tumpangi ini adalah kereta ekonomi model lawas, dengan model kursi yang "kurang manusiawi" menurut orang-orang, terlebih bagi orang yang memiliki masalah dengan punggungnya, sangat tidak disarankan menaiki kereta dengan model seperti ini. Tapi di sisi lain, sebagai orang yang turut serta merasakan bagaimana "menyeramkannya" momen-momen berpergian dengan kereta api ekonomi pada masa lampau, aku juga mengagumi perubahan besar yang terjadi pada dunia industri kereta api di Indonesia pada masa sekarang. Sepanjang tahun 2021 saja, PT. KAI berhasil meraup pendapatan sebesar Rp 15,5 triliun, angka yang sangat besar bukan? Tapi itu tidak cukup besar untuk menandingi rasa penasaranku malam ini, rasa penasaran terhadap seseorang yang akan kutemui besok pagi.
"Mas Raden, sudah didalam kereta? Hati-hati dalam perjalanan ya, aku deg-degan mas," Aku menatap notifikasi whatsapp di handpone milikku. Satu pesan baru dari Nimas, seseorang atau lebih tepatnya wanita yang menjadi tokoh utama dalam kisah ini, dia yang menyita perhatianku sebulan belakangan ini, dia ............ yang akan kutemui besok pagi. Tapi pesan itu tidak langsung kubalas.
Pandanganku tersapu ke luar jendela kereta. Kereta telah melewati stasiun Bekasi, tidak berhenti.
Bekasi...... pikiranku terbang begitu melewati kota ini, membawaku pada salah satu momen yang tidak akan pernah aku lupakan.
Satu bulan silam di kota ini, pada suatu akhir pekan di bulan Mei, aku yang sedang bosan di Jakarta memutuskan untuk berkunjung ke rumah Regar, salah satu saudara sepupu dari garis keturunan Ayah. Nantinya, apabila kisah ini berhasil tiba di garis akhir, maka Regar adalah orang pertama yang akan kuberikan undangan pernikahanku, dan akan kuantarkan langsung dimanapun dia berada nanti.
"Den, lo udah single berapa lama sih?" tanya Regar sambil asyik memainkan salah satu game Playstation 3 yang sengaja kami sewa seharian.
"Belum lama sih bang, baru 7 tahun," jawab Raden dengan wajah innocent nya
Spontan Regar menekan tombol start di stik playstation nya, menghentikan game sepakbola yang sedang berlangsung seru "et dah buset, jabatan Presiden aja cuman 5 tahun, nah lo single udah 7 tahun, lo mau 2 periode?"
Ejekan Regar tidak membuatku marah, justru aku merasa tertampar. Memang, selama ini aku tidak terlalu peduli dengan sebuah hubungan. Aku hanya merasa belum cukup pantas untuk dicintai oleh seseorang.
"Nih, lo coba buka fitur anonymous people di aplikasi ini. Disitu lo bakal ketemu sama banyak orang yang mungkin bisa jadi teman buat ngelewatin hari-hari lo yang kesepian, coba aja dulu, bisa jadi jodohmu ada disitu" Regar mengambil handponeku yang kuletakan di sembarang tempat, dengan cepat membuka fitur tersebut dan menulis "/start". Aku tak merespon apapun, namun aku penasaran.
"Huft, baiklah apa salahnya kucoba", Raden menarik nafas panjang, mengambil handponenya dari tangan Regar.