Mohon tunggu...
Jernihate Ha
Jernihate Ha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Beberu musafir Meulaboh Bak kereta api tinggalkan yang tak mau ikut hantam penghalang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menahan Rindu dengan Bismillah

4 September 2024   12:25 Diperbarui: 4 September 2024   12:33 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membuat ustad radian meggeleng " janga sama dia ustad dia selalu tidur di kalas sampai kami juluki umi naumi( ibu tidur ) membuat ustad radian tertawa. Waktu subuhnya ustad radian menunggu hinaya untuk tapi rupanya hinaya sudah duluan di kelas yahh biar bisa tidur semntar katanya.

Selesai setoran hapafalan hinaya langsung tidur lagi waktu pulangpun tiba hinaya pulang pang terakhir Bersama karmila uastd radian yang menungunya dengan menuduk kamipun melewatinya

" heiiiiii

Kayak ada yang pangil mila" kata hinya 

 Kami menoleh kebelakang " kamu hinaya kan ?/tanya 

 Iya kanapa ustad ?? tanya hinya dengan panik 

 Ini ganti bukumu kemaren!! 

 Hinaya terkejud dan menolak di ganti" udah ambil saja " 

 Terimakasih ustad? Jawab hinaya dengan rona wajah Bahagia kembali ke asrama dan bersiap siap untuk sekolah ia yang sedang duduk di kelas 2 sma malamnya sambi berbaring ia mengucapakan bismillah sebelum membuka bukunya membaca kisah abu nawasnya sambil tertawa tiba tiba jatuhlah selembar poto mengenai wajahnya setelah di lihat lihat ganteng juga ni ustad jawab gumang hinaya ia menyembunyikan poto itu .hinaya tersenyum melihatnya dan muncul pikiran lain semenjak hari itu meraka sering mencuri curi pandangan terutama ustad radian yang mondar mandir dan segaja telat masuk untuk melihat hinaya begitu juga sebalinya . 

                    ****

 Tapi pada saat ustd radian masuk kekelasnya hinaya mereka hanya curi pandang saat tapi ustad radian jutek saja nampakya saat hinaya menulis tak melihat ke ara nya tapi setagah jalan pelajaran mata hinaya selalu berat terpaksa tidur ia sangat tersenyum dan suka sekali menertawaiku saat aku mengganguk anguk menhan kantuk tapi ia membiarkanya tak seperti ustad ahmad itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun