"Itu kan, Bapak ini mengulang meluluh kuliah logika!"
"Maksudku, pernyataanmu itu tidak menggambarkan realitas sesungguhnya, sama seperti ketika kamu menyangkal keseluruhan isinya, dengan mengatakan "Semua laki-laki tidak setia atau semua laki-laki pembual, dan seterusnya!"
Aku tahu Anisa tidak suka dengan caraku menanggapi pertanyaannya. Tapi aku pikir, dengan cara itu kegalauan hatinya bisa sedikit berkurang. Tapi ternyata aku keliru. Wajah ceria, keteguhan hati, ketegasan, kemandirian, dan beribu kewibawaan yang pernah aku kenal dalam diri si gadis mungil ini seakan sirna.
"Kapan Faizal terakhir melewatkan malam minggu bersamamu?" tanyaku sekenanya.
"Sebulan yang lalu, Pak!" Setelah itu dia terus menghindariku. Setiap kali aku telpon, dia selalu tidak mengangkatnya. Kalau aku SMS, dia hanya membalas, katanya mau nelpon balik. Tapi itu tidak pernah dia lakukan!"
"Kamu tahu kan di mana dia tinggal?"
"Ya, dia masih tinggal bersama orang tuanya, tidak begitu jauh sih dari kampus ini. Masalahnya dia tidak pernah membolehkanku mampir ke rumahnya."
"Sejak kapan dia tidak mengizinkan kamu ke rumahnya?" tanyaku.
"Beberapa minggu terakhir ini!" jawab Anisa cepat.
"Begini saja! Bagaimana kalau aku yang membicarakan hal ini dengan Faizal?"
"Emangnya Bapak mau melakukannya!"