Mohon tunggu...
jemari Kreasi
jemari Kreasi Mohon Tunggu... Psikolog - Para kreator

Kumpulan pemikir yang mengembangkan ide dalam kreasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tragedi Jeruk Nipis

1 Oktober 2019   17:28 Diperbarui: 1 Oktober 2019   17:45 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak lama, Nana muncul membawa tumpukan gantungan. Meletakkannya lalu mulai menjemur juga. Hening ....

"Maaf, ya ...," kataku mencoba menghalau bungkam.

Tak ada jawaban.

Kutarik napas panjang, masa hanya karena jeruk nipis, kondisi menjadi runyam begini.

"Dek, aku lapar." Kuraih tangan Nana. Mencoba meleraikan suasana. Namun tanganku di sentak.

"Emang Mas pikir, Mas aja yang belum makan?" Suara Nana menusuk jantungku.

"Lalu kenapa ikannya kamu kasih kucing?"

"Mas peduli dengan ikan? Kalau Mas peduli, harusnya jam setengah tujuh, Mas sudah sampai rumah!"

"Tapi tadi malam--."

"Aku tak peduli dengan alasan Mas, yang aku peduli,  kita tak punya apa-apa, cuma ada 2 butir telur dan seperempat kilo ikan. Jika ikan tak segera di goreng maka akan busuk. Jadi daripada busuk, kulempar saja untuk kucing?" Napas Nana tersengal, air mata mulai merebak.

Kurengkuh tubuh mungilnya, tak hendak menyalahkan. Kesulitan hidup yang tiga bulan ini kami rasakan setelah aku di PHK, membuat Nana jadi sensitif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun