Mohon tunggu...
jemari Kreasi
jemari Kreasi Mohon Tunggu... Psikolog - Para kreator

Kumpulan pemikir yang mengembangkan ide dalam kreasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tragedi Jeruk Nipis

1 Oktober 2019   17:28 Diperbarui: 1 Oktober 2019   17:45 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya, Mas. Makasih ya."

"Makasih ya, Nak," kata si Nenek, kubalas dengan senyum dan anggukan kepala.

Mendekati gapura batas desa, adzan Isya berkumandang. Kubelokkan motor memasuki halaman masjid. Hidup sudah terlalu sempit untuk dijalankan sendiri. Menyertakan Sang Pencipta membuatnya terasa lebih lapang.

Selesai sholat, kukendarai motor dengan kecepatan sedang, tiba-tiba terlintas wajah manis istriku. Hati berbisik pelan ... semoga Nana tidak marah.

**********

Memasuki pekarangan, rumah tampak sepi, lampu ruang depan sudah dimatikan.

Saat masuk, mataku tertuju pada penunjuk waktu, pukul 20.55. Wah sudah malam ternyata, bungkus plastik berisi jeruk nipis masih dalam genggaman. Kucoba membuka pintu kamar ... terkunci.

"Dek, Dek!" Beberapa kali tak ada jawaban.

Tiba-tiba kamar sebelah terbuka. Anakku, Syifa keluar sambil mengucek-ngucek mata.

"Mau kemana, Fa?"

"Pipis."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun