"Iya, Mas. Makasih ya."
"Makasih ya, Nak," kata si Nenek, kubalas dengan senyum dan anggukan kepala.
Mendekati gapura batas desa, adzan Isya berkumandang. Kubelokkan motor memasuki halaman masjid. Hidup sudah terlalu sempit untuk dijalankan sendiri. Menyertakan Sang Pencipta membuatnya terasa lebih lapang.
Selesai sholat, kukendarai motor dengan kecepatan sedang, tiba-tiba terlintas wajah manis istriku. Hati berbisik pelan ... semoga Nana tidak marah.
**********
Memasuki pekarangan, rumah tampak sepi, lampu ruang depan sudah dimatikan.
Saat masuk, mataku tertuju pada penunjuk waktu, pukul 20.55. Wah sudah malam ternyata, bungkus plastik berisi jeruk nipis masih dalam genggaman. Kucoba membuka pintu kamar ... terkunci.
"Dek, Dek!" Beberapa kali tak ada jawaban.
Tiba-tiba kamar sebelah terbuka. Anakku, Syifa keluar sambil mengucek-ngucek mata.
"Mau kemana, Fa?"
"Pipis."