Kala Tuhan Melukis senja
by: Jefry Daik
Aku ada disana menatap langit gelap tanpa bintang. Berdiam diri bersama Sesosok yang terang benderang.
"Apa yang akan Baginda Lakukan lagi hari ini?" Tanyaku dengan perasaan penasaran
Dengan Lembut dan sambil tersenyum Tuhan menjawabku
"Aku akan melukis senja."
"Senja?" tanyaku bingung,"apa itu, Tuhan?"
"Senja adalah cerita yang kutaruh di langit. Kasih yang kurangkai dalam baris warna - warni. Â Waktu yang menunjukkan bahwa hari akan berakhir. Dan manusia bisa menikmati apa yang telah mereka lakukan sepanjang hari. Mereka bisa berdiam sejenak lalu tersenyum"
Tuhan kemudian menjentikkan jarinya dan warna warni terang benderang berpendaran di angkasa. Tak perlu berapa lama, senja pun jadi.
Ada beraneka warna disana. Ada jingga. Ada kelabu. Ada oranye, ada warna -- warna yang bahkan aku belum tahu itu apa.
Aku hanya berdiri dan terpukau dengan karya Tuhan
"Sungguh Indah karyaMu, ya Tuhan. Mereka pasti akan berdiri dan memandang ke garis cakrawala dan mengagumi betapa betapa indahnya Engkau menggores warna -- warni ini ke langit"
"Akan kuberitahu suatu rahasia," bisik Tuhan dengan mata penuh cahaya kelembutan
"Aku menciptakan ini untuk menunjukkan bahwa sekalipun malam akan datang, Aku...akan tetap ada untuk menemani mereka. Aku memberi warna -- warni ini agar mereka melihat bahwa aku mampu memberi warna dalam hidup mereka. Sekalipun..."
"sekalipun apa Tuhan?"
"Sekalipun tidak semua akan menyadarinya."
"Tuhan...Begitulah manusia! Namun mengapa Engkau selalu membuat keajaiban dan keindahan demi keindahan ini untuk manusia? Padahal mereka tak pernah menghargai ciptaanMu. Maaf Tuhan tapi Engkau terlalu baik. Dan Mereka semua adalah jahat"
"mereka memang jahat. Tapi...karena belum bisa mengendalikan sisi terbaik mereka. Belum bisa menemukan makna kehidupan mereka. Aku mau kamu pergi kesana dan mengatakan itu kepada mereka." Kata Tuhan kepadaku.
"hah? Aku? Engkau akan mengutus aku kepada manusia yang jahat itu?"
"tidak semua mereka jahat, mereka memiliki hati yang baik. Karena aku yang menciptakan hati itu."
 "Kau lihat anak kecil itu?"
Tanya Tuhan sambil menunjuk ke seorang anak yang tergeletak di jalanan sementara mobil yang menabraknya pergi melarikan diri
"Anak yang kukasihi itu...adalah pribadi yang sesungguhnya percaya akan keajaiban."
Aku menatap dengan sedih pada peristiwa kecelakaan tragis itu.
"Tuhan...mengapa anak kecil selembut itu harus mengalami kejadian ini?"
Tuhan Cuma berdiri dengan pilu. Airmatanya mengalir.
"Aku mengasihi mereka semua. Yang menabrak maupun yang terbaring itu."
"Tuhan...jangan sedih."
Ku lihat Tuhan melayang lalu lenyap.
Akupun hilang ingatan.Â
Yang aku tahu aku...memangku anak kecil itu. hatiku teriris. Pilu tak terukur. Seolah ada sejuta jarum yang menusuk ke jantungku
***
Lalu...tiba -- tiba aku mendengar pintu diketuk
"Enjel? Kamu sedang apa?"
Seorang ibu masuk ke dalam ruanganku. Ah itu ibuku.
"aku sedang menggambar, bu"
Dengan penuh senyuman aku menatap ibu yang bergerak mendekat dan menyodorkan kepalanya dari atas bahuku sambil meletakkan wajahnya disana
"hm...kamu melukis apa, sayang?" Ibu membisikan kata -- kata penuh kelembutan ditelingaku. Lalu mendaratkan ciumannya ke pipiku
"melukis senja, bu. Bagus, tidak?"
"Cantik, Sayang!"
"Ia, Bu. Kata Tuhan, Tuhan melukis senja ini untuk manusia"
Ibu terdiam, lalu kembali menyunggingkan senyum yang lembut. Ibuku..ah.. seperti seorang peri yang cantik
Ibu tahu sejak kecelakaan merenggut kaki kecilku aku tak lagi biasa.
Aku bukan anak biasa.
Aku anak istimewa.
Tuhan yang mengatakan itu kepadanya
Ibu kemudian menggendongku dan mengayun manja ke atas lalu menangkapku kembali seolah bermain ayunan.
Aku tertawa senang
"You are my little Angel," katanya dengan penuh cinta,"and I know God Loves you so much"
"hahahaha... ibu....geli. geli."
Ibu menciumiku sambil menggelitiki leherku dipangkuannya
Berdua kami duduk sambil menatap keluar jendela
Suatu Senja, setahun yang lalu kita tidak ada disini. Tapi kita memandang senja yang sama
Aku yang tergeletak dengan kepala menghadap ke langit dan ibu yang menangis sambil memandang ke langit.
Kakiku tak lagi bisa digerakkan...kenangan itu perlahan memudar. Dan yang kulihat adalah Tuhan...menemani kami.
Dia selalu menemani kami sampai hari ini.
Dia Tuhan yang baik.
Seorang laki - laki paruh baya datang menghampiri ibuku
lelaki itu berdiam sejenak sambil membaca papan reklame di samping gedung tua kami
"Yayasan bhakti Luhur"
Pria itu memandang berkeliling dan terharu.
"dapatkah aku memberikan sedikit rezekiku untuk ibu dan anak - anak?"
Ibuku tersenyum. Airmatanya mengalir.Â
Lelaki paruh baya tersebut cuma seorang pemulung biasa tapi berhati mulia
Dia memberi hormat pada ibuku sebelum beranjak pergi.
dalam hati aku tahu hanya sebaris doa yang dilantunkan.
"Tuhan...terimakasih untuk kedatangan-Mu"
lalu aku...malaikat kecilnya hanya bisa memandang langit yang megah sambil berlinang air mata
"Tuhan...engkau baik buat aku"
#Untuk semua aktivis didalam bidang sosial
#Anak-anak yang kusayangi
#Para pejuang bagi mereka yang terbelakang
#Teriring doa dan harap
Malang, 13/10/2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H