Sakit hati ditinggal oleh pemiliknya membuat ia terlunta -- lanta mencari suaka. Namun... yang ia jumpai hanya anjing -- anjing terlantar lainnya yang bahkan menjadi korban dan sasaran belajar tembak dari remaja -- remaja tanpa ayah dan ibu.
Anjing berbulu coklat itu berlari dan bersembunyi. Jauh ke dalam hutan kering yang hanya berwarna hitam. Api sudah melahap setiap jengkal tanahnya hingga hangus tak bersisa. Di dalam liang sebuah bangkai pohon tua, ia bersembunyi dan menggulung diri, merapatkan badan dengan perut keroncongan.
Kadang ia harus melangkah sangat hati -- hati karena disana -- sini ada ranjau darat. Dibuat oleh para makhluk yang ada didarat. Makhluk itu bernama manusia. Tapi kadang berkamuflase menjadi bebatuan, rerumputan, pepohonan bahkan menjadi serupa dengan tanah. Hanya para anjing saja yang dapat mengetahui dimana mereka dan sedang menjadi apa mereka
Lalu...disuatu malam yang dingin berkabut. Sebuah tank mengedari setiap sudut kota. Disana tiada suara berdesing. Hanya kengerian yang merajalela. Beberapa anjing menangis melihat hantu, atau sekedar menyahuti sahabatnya yang tertimpa tembok yang rubuh dikejauhan. Anjing berbulu coklat itu melihat seekor burung malam terbang dari pohon ke pohon.Â
Mengintai sesuatu di antara atap -- atap rumah yang gelap. Burung itu sejenak memutar lehernya lalu merentangkan sayapnya lebar-lebar. Kemudian dia menyambar tikus di sisi talang air yang ringsek. Tikus itu terbang tanpa bisa meronta. Terkejut karena kehilangan pijakan. Lalu tubuhnya berdarah -- darah. Tikut itu...berusaha melepaskan diri dari cengkraman burung hantu. Kemudian jatuh ke dalam sebuah kobaran api. Lenyap tak bergerak lagi.
Disanalah dia melihat ada seekor anjing sedang membaur dalam abu.
Anjing berbulu coklat yang lain. Mati karena hangus terbakar.
Burung itu bernyanyi aneh. Tajam tapi seolah memanggil langkah anjing kelaparan yang ada di dalam bangkai pohon.
"apakah kamu sudah lapar?" kata burung hantu tersebut sambil memutar lehernya dan memantau situasi.
Sang anjing berbulu coklat memiringkan lehernya dengan heran.
"kamu bisa bicara?" Anjing katanya