Mohon tunggu...
Ari da Kedes
Ari da Kedes Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar perenial

gemar membaca dan menulis berbagai macam tulisan, bereksperimen dengan bahasa dan tulisan untuk menghasilkan suatu karya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kabur

21 Januari 2025   02:11 Diperbarui: 21 Januari 2025   02:11 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahanan garang itu paham apa rencana si "pegawai swasta" sekarang. "Dinding kedap suara tidak sekeras beton."

"Aku ... Pergi ... Bebas."

"Ah, kamu, apa yang kamu perlukan untuk disentil ke tombol?"

"Paku. Cukup."

"Hem... bisa bicara juga kamu, kawan, kukira kamu tidak bisa. Singkat padat jelas, tapi, ya?"

"001" tidak bersuara lagi. Tatapannya terpusat pada tombol yang menjadi targetnya. Ia menunggu amunisinya.

"Pegawai swasta" yang melihat ini mendorong kacamatanya ke atas lagi, dan mengikuti tahanan garang itu dengan kartu aksesnya. "001" tetap berdiam dalam posisi. Stand by.

Mungkin akan memakan waktu cukup lama untuk tahanan garang itu membobol ke gudang.

"Rencana ...? Kenapa ... Tidak ... Bobol ... Luar?"

"Karena terlalu mengalihkan perhatian! Ada seni dalam melarikan diri dari penjara, kalau benar-benar mau bebas, tidak ada petugas yang boleh sadar kita lari sebelum kita keluar; untuk itulah tombol panik: kekacauan, pengambil alih, distraksi. Saat itulah kita dapat meraih kebebasan di tangan kita."

Bagaikan diplomat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun