Wung. Wung. Wung.
"001" melirik ke tahanan lainnya yang mendengarkan ceramah "pegawai swasta" ini. Tahanan itu tidak menghiraukannya, ia kelihatan tidak percaya, sinis, garang. Mukanya penuh dengan bekas luka dan tato yang seakan memaksa buka matanya untuk memelotot.
Meski demikian, entah karena terhasut atau sebagai bentuk intimidasi, tahanan garang ini sekejap menghantam keras lantai beton dalam sel mereka. BAM!
Dengan itu, lantai distempel dengan jejak kepalan tangannya.
Wung. Wung. Wung.
Tanpa melepaskan tatapannya ke "pegawai swasta", ia berkata dengan lugas, "Keahlian ... Sakiti ... Orang." Ia menyeringai setelah mengucapkan kata terakhir itu. Buku jarinya terkelupas, detik-detik darah gerimis menintai stempelnya.
Setelah menelan ludahnya, "pegawai swasta" tersenyum tenang, meskipun matanya mulai panik dan melihat ke arah "001". Kemudian, bagaikan diplomat handal, ia langsung tertawa, "Ahaa ... baik, tenaga kuat, bagus, kalau kamu?"
"001" menatapnya lemah, tangan besarnya memungut serpihan dari beton yang terstempel. Kemudian, ia mendekati serpihan itu ke matanya, fokus kepada butir beton di antara jempol dan telunjuknya.
Wung. Wung.Â
Shyuuut. "001" menyentil butiran itu ke arah "pegawai swasta". Seperti peluru. Hampir kena kupingnya.
Hening.