Mohon tunggu...
Jasmine
Jasmine Mohon Tunggu... Wiraswasta - Email : Justmine.qa@gmail.com

Just me, Jasmine, just a tiny dust in the wind

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Khal-Ra

24 Juli 2022   13:16 Diperbarui: 24 Juli 2022   13:18 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bertahun sudah ia diserbu pertanyaan sama, namun Ra tak pernah jemu. Lebih kepada hati yang tersayat dan sekaligus terlimpah mukjizat bila memikirkan bagaimana bisa seseorang, dan ia adalah seorang pria dengan dunia di tangannya, terus saja mengirimkan pesan yang sama di waktu yang sama, meski haknya akan balasan tak satupun ia dapatkan. Dan seperti telah berjalan sekian tahun ini, template terakhir sebagai pengantar tidur Ra akan terbaca: ...Baiklah, selamat malam Batu Karang. Beristirahatlah dan berhenti memikirkanku. Usah risau tentangku yang kan terus menjadi tetes hujan hingga kau merapuh dan tergenanglahku dalam cerukmu...

Ra merinding. Hatinya merintih perih. Sesungguhnya kita hanya sedang saling menyakiti. Mengapa kau tak kunjung berhenti, wahai Pujaan? Ra memeluk erat selimut lembut. Membenamkan wajah sedalam-dalamnya. Tak satupun malam ia lalui tanpa tangis. Tak satupun pagi ia rayakan tanpa kelopak mata membengkak. Malam harinya adalah siksa karena gusar mempersoalkan 'kejahatannya' yang telah terlampau dalam. Menyakiti sekeping hati yang terus memberi, terus menanti, bersabar dalam uji, dan secara menakjubkan bertahan hingga hari ini.

Yaa, harus kusudahi ini. Karenaku tak ingin menjadi lebih keji. Aku harus segera membuka diri. Agar lelaki itu bisa berhenti. Dan mereka berdua bisa memerdekakan diri. Ra bergegas mengayunkan langkah kaki. Ra berlari. Terus berlari. Mengusung keputusannya yang pasti. Ketika hujan pun memutuskan untuk melebat deras. Dan petir galak menghardik. Lidah-lidah kilat lepas kendali, berkelebat, saling melesat, menjadi penerang bagi gelap malam itu. Cahaya yang mengantarkan Ra pada satu-satunya destinasi yang lama ingin ia sambangi.

Ra berdiri termangu. Wajahnya mengapas. Tengadah mencari celah di pandang matanya yang mengabur oleh hujan yang terus terhambur.

...Turunlah...

...Ada yang harus kuceritakan kepadamu...

...Bila kau setinggi itu...

...Bagaimana kubisa mencapaimu?...

Kotak-kotak beton berdiri menggagu. Tegar tak terganggu meski kelebat kilat terus menampar komplek hunian megah nan menjulang itu.

~((*))~((*))~((*))~

Di rungan nyaman, terkepung jendela-jendela berkaca gigan berkemampuan meredam hiruk-pikuk hujan yang tengah kemaruk. Menyempurnakan kemewahan itu, terdengar alunan music yang menentramkan kalbu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun