Mohon tunggu...
Jasmine
Jasmine Mohon Tunggu... Wiraswasta - Email : Justmine.qa@gmail.com

Just me, Jasmine, just a tiny dust in the wind

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jahannam

12 Januari 2017   16:15 Diperbarui: 13 Januari 2017   13:50 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar: playbuzz.com

“Demi Tuhan! Andaikan seseorang di ujung barat tengah disiksa, niscaya terbakarlah orang-orang yang berada di ujung timur karena panasnya.”

“Baiklah,” aku berkata parau. Kerongkonganku membara, kemarau sejak lama. “Bolehkah, aku meminta barang seteguk air, duhai Tuan? Mungkin setelah itu, aku dapat menjelaskan sebabku terperosok di tempat ini.”

Bukan bodoh, hanya tak yakin dan putus asa saja bila permintaanku itu dikabulkan. Memang sedikit konyol, tapi apa salahnya tetap berupaya demi tujuan agar bisa keluar dari lembah durjana ini.

“Minum?” suara itu bertanya penuh mengejek. “Jahannam ini tempat yang sangat dalam. Tahukah kamu, perhiasannya berupa besi-besi membara, tirai-tirainya adalah potongan-potongan api, dan minumannya adalah hamim ....”

“Hamim? Siapa hamim?”

“Hamim adalah air panas yang menggelegak-gelegak dan bercampur nanah. Kau yakin ingin meminumnya walau seteguk saja?”

Akupun tercekat. Tak kusangka sejuk air yang kubayangkan itu mengeringlah seketika. Liurku sendiri sudah begitu memerih, bagaimana mungkin kusiram lagi kerongkong ini dengan air panas menggelegak dan bercampur nanah pula. Aku kian tersudutkan oleh keputus-asaan. Lalu, dalam kesia-siaan itu aku diseretnya lagi, diseret dan terus diseret-seret, seperti biasa, lolong kesakitanku diabaikan, dianggap angin lalu yang mustahil mengetuk iba si pemilik suara gahar.

“Angin lalu? Bicaramu ceroboh seperti tingkah lakumu, wahai Fulaknat!” suara itu menyembelihku. “Angin di Jahannam ini adalah Samum!”

“Samum? Siapa lagi si Samum?” tanyaku pada diri sendiri.

“Samum adalah angin yang sangat, sangat panasnya. Sedangkan naungan Jahannam adalah yahmum, naungan yang berupa potongan-potongan asap hitam yang juga tak kalah panasnya,” terang pemilik suara itu, mungkin Tuan Jagapati, mungkin Izrail, entahlah, aku tak berani lagi mengira-kira karena selalu tertebak olehnya.

Pantaslah mengapa tempat ini tak terkira panasnya. Dari air, angin, atap dan semua perhiasannya semua berderajat jutaan Fahrenheit. Maka tak terbantahkan bila panas di dunia hanyalah 1/70 dari panasnya Jahannam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun