Mohon tunggu...
Janu Jolang
Janu Jolang Mohon Tunggu... wiraswasta -

penulis dan pengelola blog http://suararantau.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kembang Desa Pulang Kampung

14 Januari 2015   17:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:09 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Kyai tersipu, kemudian ia mencoba bersikap bijak,“Iya bener jeng Yuni, kita sudah tua, sudah banyak makan asam garam kehidupan. Kadang kita hampir menyerah pada kenyataan pahit, tapi kemudian bangkit dengan semangat. Kadang kalau kita kembali ke jaman kanak-kanak, rasanya semuanya indah, penuh tawa dan canda. Dan cukuplah itu sebagai kenangan indah saja. Terlalu indah untuk menjadi nyata jeng Yuni,” pada kalimat terakhir suara Pak Kyai didengar Yuni berubah melow.

“ Oh, jadi kalau sekarang Pak Kyai udah canggih ya cara merayunya? Hahaha, ini becanda lho Pak Kyai,” terlihat Yuni mulai nyaman dengan gerak gerik dan ucapannya. Terlihat dia bisa mengendalikan keadaan.

Dan kini Pak Kyai Joko tak bisa menahan perasaan hatinya, ia lalu mengungkapkan dengan jujur apa yang pernah dia alami sewaktu muda dulu,“ He he he sebenarnya dulu itu aku pingin dekat denganmu cuma aku nggak tau piye carane? Pernah aku beberapa kali main ke rumahmu cuma kok aku jadi tambah bingung he he he. Mungkin salah satunya karena kamu kakak kelasku, dan juga waktu itu Mas Sastro tergila-gila padamu --- aku jadi minder. Kalo sekarang, mungkin kita sudah sama-sama dewasa, jadi ya yang ada rasa saling menghormati saja. “

“Pak Kyai, sebenernya aku juga inget banget kejadian waktu kita masih SMP. Ahh .. seandainya waktu bisa diputar kembali.... “

Pak Kyai terpancing dan hatinya berbunga-bunga mendengar desahan Yuni yang merdu di telinga. Lalu seolah faham dengan film tv Time Tunnel alias Lorong Waktu yang terkenal jaman dulu, dan ketika menginjak mahasiswa dan belajar agama, menurutnya Lorong Waktu hanyalah angan-angan ilmiah belaka, tapi dengan maksud tak serius Pak Kyai menanggapi, “Ahh.. masak sih jeng Yuni ingat banget kejadian waktu kita masih SMP? Andai waktu bisa diputar kembali, apakah kira-kira ada cerita yang berbeda?”

“Kalau waktu bisa diputar kembali? Kalau kita memang gak jodoh, yo tetep ora ketemu yo? "Pekok” banget si aku, bodo banget! Hahaha... “

“ Eh siapa tahu kita dipertemukan Tuhan dikemudian hari?” Pak Kyai menimpali dengan spontan.

“ Eh copot ... copot .... Halaaah .. pak Kyai .... pak Kyai. Jangan ngaget-ngageti to,” Yuni gugup, wajahnya tersipu malu.

“ Jangan panggil aku Pak Kyai ... panggil aku Joko saja.”

“ Aku tak berani ... apa nanti kata warga dusun Adem Ayem kalau dengar itu. Nggak sopan.”

“Dulu waktu mboncengke kamu naik sepeda untuk pertama dan yang terakhir kalinya, he he ehem, rasanya seolah sudah jadi laki-laki gagah, gede kepala. Ah sayang aku dulu kurang berani, kurang nekat. Mestinya pemuda-pemuda yang naksir kamu itu tak aku gubris, atau kulawan. Jeng Yuni, maukah menikah denganku?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun