Mohon tunggu...
Jaka Sindu TREK BOLA
Jaka Sindu TREK BOLA Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati dan pecinta sepak bola

Pemerhati dan pecinta sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Indonesia vs Filipina, Akankah Menjadi Kutukan ke-6 STY?

11 Juni 2024   15:00 Diperbarui: 11 Juni 2024   15:07 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS.com/SUCI RAHAYU)

Harus menang

Timnas Indonesia di bawah STY (Shin Tae Yong) kembali akan melakoni pertandingan Final  Penyisihan Piala Dunia 2026 Putaran ke-2 Grup F.  Saya menyebutnya final, karena ini pertandingan terakhir, yang sangat menentukan apakah Indonesia lolos ke putaran ke-3 atau tidak, agar dapat membuka kembali peluang menjadi partsipan  ke Piala Dunia 2026, dan Piala Asia.

Pertandingan ini memang layaknya final, penuh ketegangan, karena sangat menentukan. Jika menang akan lolos ke babak ke-3, jika kalah atau seri masih ditentukan oleh hasil Irak lawan Vietnam.

STY dan Timnas memiliki rekor buruk saat pertandingan menentukan. 5 Pertandingan terakhir berakhir dengan kekalahan, 4 Pertandingan di U-23, satu pertandingan di timnas senior.

Apakah ini menjadi terus “kutukan” bagi STY selama menukangi Timnas Indonesia?

Anehnya kegagalan tersebut diwarnai dengan kartu merah, keputusan wasit,  dan penalty. Memang tidak dapat menjadi ukuran apakah itu sebagai penyebab kekalahan.

Rekor buruk tersebut bukan berarti tanpa rekor yang baik bagi STY. Ada beberapa pertandingan menentukan  yang berhasil dimenangkan STY, dan menjadi tonggak sejarah timnas. 

Misalnya saat lolos ke semi final Piala Asia U-23 mengalahkan Korea Selatan dengan adu penalti 11-10. Kemenangan inilah yang menentukan timnas memiliki peluang lolos Olipiade Paris 2024.

5 pertandingan  final yang gagal menghasilkan kemenanganan yang dilakoni juru taktik asal Korea STY alias Shin Tae Yong.

1. Final Piala AFF U-23 tahun 2022 melawan Vietnam, kalah 5-6, dengan kegagalan penalty Ernando Arie. Pertandingan berjalan normal, tetapi timnas sempat mendapat penalti menit ke-32. Jika terjadi gol, mungkin hasilnya bisa saja tidak ada adu penalty, dan Indonesia kalah 0-1.

2. Semi Final Piala Asia U-23, kalah 2-0 atas Uzbekistan. Jika masuk final otomatis Indonesia Lolos Olimpiade Paris 2024. Sempat unggul 1-0 pada menit ke-60, tetapi kemudian dianulir wasit melalui checking VAR.  

Malapetaka datang 8 menit kemudian, Uzbekistan berhasil mencetak  dan unggul 1-0, tidak itu saja menit ke-84 Rizky Ridho dihukum kartu merah karena pelanggaran, yang dianggap tidak terlalu keras untuk langsung kartu merah. 

Alih-alih membalas ketinggalan 1-0, satu menit setelah kartu merah, Pratama Arhan Malah  melakukan gol bunuh diri, karena panik dalam membuang bola, sehingga nyeplos ke gawang sendiri. Ketinggalan  2-0, tak mampu lagi dibalas meski memiliki beberapa peluang.

3. Perebutan Juara Ketiga Piala Asia  U-23. Ini juga menentukan Lolos Olimpiade Paris 2024. Melawan Irak sebenarnya Indonesia memiliki peluang 50-50, dengan melihat performa kedua tim. 

Sayangnya Indonesia nampak kelelahan fisik dan mental, setelah menang lawan Korea Selatan dengan bermain 130 menit lebih, dan melawan Uzbekistan hingga 100 menit lebih. 

Kelelahan mental justru dialami karena bercampurnya euphoria kemenangan melawan Korsel dan kekalahan atas Uzbekistan dengan segala kontroversinya tentu sangat mempengaruhi penampilan saat melawan Irak, yang terlihat lebih percaya diri menghadapi Indonesia.

Meskipun bermain baik dan unggul  sempat unggul 1-0 lebih dahulu lewat gol Ivar Jenner, tetapi keunggulan tak dapat dipertahankan, tepisan Ernando disundul dengan bebas oleh pemain nomor 17 Irak, dan Pratama Arhan tidak meloncat dan menghalangi untuk melakukan heading dengan bebas, akibatnya kemenangan tak dapat dipertahankan, hingga terjadi perpanjangan waktu.

Lagi-lagi gol yang terlihat berbau offside, dari umpan jauh ke Ali Jasim, kembali mematikan langkah Indonesia meraih kemenangan. Barisan belakang menjadi titik lemah Indonesia, bahkan sering menjadi penyebab kekalahan.

4. Babak Play Off Olimpiade 2024 vs Guenia. Meski kelelahan,  melawan Guenia Indonesia bermain baik, tapi lagi-lagi pelanggaran Witan di kotak penalti, dihukum wasit dengan tendangan `12 pas. Indonesia dihukum penalti kembali karena pelanggaran  Alfeandra Dewangga di kotak terlarang, meskipun tidak menghasilkan gol, kondisi ini sangat menyulitkan Indonesia bangkit terutama karena kemarahan STY dan pemain yang dianggap dicurangi wasit.

5. Indonesia vs Irak, Penyisihan Piala Dunia 2026 di GBK, pertandingan ini juga menentukan lolosnya Indonesia ke putaran  ke-3 memperebutkan tiket Piala Dunia 2026. 

Sayangnya bermain baik, memiliki penguasaan bola, dan peluang lebih baik , Indonesia kalah 2-0, lewat gol penalti, setelah Hubner handsball, dan  Jordi Amat diganjar kartu merah tujuh menit kemudian. 

Situasi ini tentu menyulitkan Indonesia untuk membalas gol tersebut. Bahkan kemudian menit ke-87 Ernando melakukan blunder, sehingga mampu dimanfaatkan oleh Irak untuk mencetak gol.

Meruwat “Apes” dan “Kutukan”

Dari Riwayat 5 pertandingan ini mungkin banyak mempertanyakan:

Ada apa STY?

Ada apa timnas Indonesia?

Selalu kalah di pertandingan menentukan tentu menyesakkan sekalipun banyak factor penyebab kekalahan, tetapi hasil catatan 5 pertandingan tersebut ada indikator yang perlu dievaluasi.

3 (tiga) kartu merah dalam 5 pertandingan,  5 penalti, dan beberapa kesalahan fatal di barisan  belakang cukup menjadi tanda bahwa pemain bertahan belumlah mumpuni dalam mengatasi situasi tertekan.

Pemain belakang kurang mampu membuat keputusan yang baik dalam melakukan pelanggaran. Jika harus melakukan pelanggaran harusnya diusahakan tidak kena penalti. Ini memang keputusan yang sulit dalam situasi krusial, karena tackling dianggap pelanggaran sangat subjektif untuk keputusan wasit, tentu lebih baik tidak melakukan pelanggaran dari pada terkena penalti.

Dalam beberapa pertandingan STY kelihatannya sudah mengatasi hal ini dengan mengajarkan blocking tendangan daripada harus melakukan tackling di kotak penalty. Tapi 5 pertandingan terakhir blocking seperti hilang lagi, dan pemain lebih suka melakukan tackling yang justru melahirkan penalti.

Hal lain yang mendasar dalam situasi bertahan, adalah tidak membiarkan pemain lawan melakukan heading tanpa ada lawan yang meloncat untuk menghalagi.

Mental Juara

Mental juara kelihatannya juga menjadi hal yang belum ada di  timnas Indonesia. Dalam soal kerjasama pemain memang sudah cukup bagus, tetapi butuh pemain yang menjadi leader dan mampu membangkitkan spirit untuk juara/menang ketika situasi mengalami jalan buntu. Terlalu lama tidak menjadi juara, atau jarang menjadi juara  menyebabkan sulit bangkit jika tertekan.

Bergabungnya beberapa pemain diaspora baru harus menjadi perhatian, terutama bagaimana harus bersikap di lapangan. Harus ada leader yang menyatukan. Kalau dari beberapa pernyataan pemain diaspora memang menjanjikan motivasinya, tetapi belum terlihat nyata di lapangan. Rasanya STY harus segera menetapkan siapa jadi “mission leader’.  Saya melihat baru Asnawi dan Jay Idzes yang memiliki energi untuk menjadi  “mission leader”. Jordi Amat  dan Rizky terlalu Cool.

Taktik Kejutan 

Lima pertandingan terakhir, hampir tanpa taktik kejutan seperti yang biasa dilakukan STY, saat terjadi kebuntuan, sehingga seringkali gagal keluar dari situasi tersebut. STY harus berani lagi melakukan itu untuk berhasil.

Last Chance

Melawan Filipina malam ini adalah kesempatan STY, untuk meruwat  “kutukan” pada pertandingan menentukan. Jika tidak aroma wangi STY perlahan akan memudar, karena setelah ini belum ada lagi target yang lebih tinggi. Mau mengejar Piala AFF, tentu tidak. Pondasi yang sudah dibangun harus semakin tinggi bangunannya.

Melawan Filipina, menjadi pertaruhan STY, dan semua pemain diaspora, dan stakeholder persepakbolaan Indonesia. Meskipun Filipina saat ini berkembang juga dengan pemain naturalisasi, kita harus menang apapun strateginya. Indonesia baru kalah sekali lawan Filipina.

Sudah sering saya tulis, kalau mau menang jangan buat kesalahan passing, dan pelanggaran berbuah kartu merah maupun penalti. 

Akankah ini akan menjadi “kutukan” ke-6 buat STY? Layak kita tunggu. Keluar dari situasi ini akan menjadi hal terbaik bagi STY, Erick Thohir, dan Sepak Bola Indonesia. Jangan biarkan orang menjadi ragu terhadap sesuatu yang sudah “on the track”. Semoga.,

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun