Situasi ini tentu menyulitkan Indonesia untuk membalas gol tersebut. Bahkan kemudian menit ke-87 Ernando melakukan blunder, sehingga mampu dimanfaatkan oleh Irak untuk mencetak gol.
Meruwat “Apes” dan “Kutukan”
Dari Riwayat 5 pertandingan ini mungkin banyak mempertanyakan:
Ada apa STY?
Ada apa timnas Indonesia?
Selalu kalah di pertandingan menentukan tentu menyesakkan sekalipun banyak factor penyebab kekalahan, tetapi hasil catatan 5 pertandingan tersebut ada indikator yang perlu dievaluasi.
3 (tiga) kartu merah dalam 5 pertandingan, 5 penalti, dan beberapa kesalahan fatal di barisan belakang cukup menjadi tanda bahwa pemain bertahan belumlah mumpuni dalam mengatasi situasi tertekan.
Pemain belakang kurang mampu membuat keputusan yang baik dalam melakukan pelanggaran. Jika harus melakukan pelanggaran harusnya diusahakan tidak kena penalti. Ini memang keputusan yang sulit dalam situasi krusial, karena tackling dianggap pelanggaran sangat subjektif untuk keputusan wasit, tentu lebih baik tidak melakukan pelanggaran dari pada terkena penalti.
Dalam beberapa pertandingan STY kelihatannya sudah mengatasi hal ini dengan mengajarkan blocking tendangan daripada harus melakukan tackling di kotak penalty. Tapi 5 pertandingan terakhir blocking seperti hilang lagi, dan pemain lebih suka melakukan tackling yang justru melahirkan penalti.
Hal lain yang mendasar dalam situasi bertahan, adalah tidak membiarkan pemain lawan melakukan heading tanpa ada lawan yang meloncat untuk menghalagi.
Mental Juara